Perbaiki Gangguan Tidur dengan Menurunkan Lemak di Lidah

Rabu, 15 Januari 2020 - 22:00 WIB
Perbaiki Gangguan Tidur dengan Menurunkan Lemak di Lidah
Penurunan berat badan adalah pengobatan yang efektif untuk Obstructive Sleep Apnea (OSA). Foto/Events.christianacare.org
A A A
JAKARTA - Para peneliti saat ini telah menemukan bahwa perbaikan dalam gejala sleep apnea agaknya terkait dengan pengurangan lemak di lidah. Penurunan berat badan adalah pengobatan yang efektif untuk Obstructive Sleep Apnea (OSA).

Dengan memakai alat magnetic resonance imaging (MRI) untuk mengukur efek penurunan berat badan pada jalan napas atas pasien obesitas, studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine ini menemukan bahwa mengurangi lemak lidah adalah faktor utama dalam mengurangi keparahan OSA.

"Kebanyakan dokter dan bahkan para ahli di dunia sleep apnea tidak fokus pada lemak di lidah untuk mengobati sleep apnea," kata sang peneliti, Richard Schwab, dari University of Pennsylvania seperti dilansir laman Times Now News.

"Sekarang kita tahu lemak lidah adalah faktor risiko dan sleep apnea membaik ketika lemak lidah berkurang. Kita telah menetapkan target terapi unik yang belum pernah dimiliki sebelumnya," tambah Schwab.

Sebuah studi tahun 2014 yang dipimpin oleh Schwab membandingkan pasien obesitas dengan dan tanpa sleep apnea,

lalu menemukan bahwa peserta memiliki kondisi lidah yang secara signifikan lebih besar serta persentase lemak lidah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang tak menderita sleep apnea.

Langkah selanjutnya para peneliti menentukan apakah mengurangi lemak lidah bakal meningkatkan gejala dan untuk memeriksa lebih lanjut sebab serta akibatnya.

Studi baru ini meneliti 67% pasien dengan sleep apnea obstruktif ringan hingga berat yang mengalami obesitas memiliki indeks massa tubuh lebih dari 30. Melalui operasi diet atau penurunan berat badan, pasien kehilangan hampir 10% dari berat badan mereka lebih dari enam bulan.

Secara keseluruhan, skor sleep apnea peserta meningkat sebesar 31% setelah intervensi penurunan berat badan, yang diukur dengan studi tidur. Sebelum dan sesudah intervensi penurunan berat badan, peserta studi menjalani pemindaian MRI ke faring dan perut mereka. Kemudian, dengan menggunakan analisis statistik, tim peneliti mengkuantifikasi perubahan antara penurunan berat badan secara keseluruhan dan pengurangan volume struktur saluran napas bagian atas untuk menentukan struktur mana yang mengarah pada peningkatan sleep apnea.

Tim menemukan bahwa pengurangan volume lemak lidah merupakan hubungan utama antara penurunan berat badan dan peningkatan sleep apnea. Studi ini juga menemukan bahwa penurunan berat badan mengakibatkan berkurangnya volume pterigoid (otot rahang yang mengontrol pengunyahan) dan dinding lateral faring (otot di sisi jalan napas). Kedua perubahan ini juga meningkatkan sleep apnea, tetapi tidak pada tingkat yang sama pengurangan lemak lidah.

Para peneliti percaya bahwa lemak lidah adalah target terapi baru yang potensial untuk meningkatkan sleep apnea.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6321 seconds (0.1#10.140)