Peringatan Iran Selamatkan Serdadu AS dari Serangan Rudal

Selasa, 14 Januari 2020 - 18:04 WIB
Peringatan Iran Selamatkan Serdadu AS dari Serangan Rudal
Puing-puing bangunan di pangkalan udara Ain al-Asad setelah dibombardir oleh rudal Iran pada 8 Januari lalu. Foto/Istimewa
A A A
BAGHDAD - Hampir 8 jam sebelum serangan rudal Iran terhadap tentara Amerika Serikat (AS) pada 8 Januari lalu, tentara Amerika dan Irak di pangkalan udara Ain al-Asad bergegas memindahkan personel dan persenjataannya ke bunker.

Hal itu diungkapkan dua perwira Irak yang ditempatkan di pangkalan tersebut kepada Reuters.

Iran menembakkan sedikitnya 22 rudal ke pangkalan Ain al-Asad dan pangkalan lain di dekat kota Erbil, Kurdi Irak utara yang juga menampung pasukan AS, demikian yang dikatakan militer Irak.

"Menjelang tengah malam, tidak satu pun jet tempur atau helikopter tetap berada di tempat terbuka," kata salah satu sumber, seorang perwira intelijen seperti dikutip dari kantor berita yang berbasis di Inggris itu, Selasa (14/1/2022).

Sumber intelijen Irak lainnya mengatakan pasukan AS bahkan tampaknya mengetahui waktu serangan, dengan mengatakan mereka tampaknya "sangat sadar" pangkalan itu akan diserang "setelah tengah malam."

"Ketika rudal-rudal itu akhirnya mendarat sekitar pukul 01.30 pagi, mereka menembaki bunker kosong yang telah dievakuasi beberapa jam sebelumnya," kata sumber intelijen itu. Tidak ada yang terluka atau terbunuh.

Seorang penasehat Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan kepada Reuters bahwa Iran tidak secara langsung memberi tahu Irak sampai sesaat sebelum serangan rudal - tetapi mengatakan Iran mengeluarkan peringatan melalui negara-negara lain.

Penasihat itu mengatakan Irak dan AS diperingatkan tentang serangan yang akan datang oleh satu negara Arab dan satu negara Eropa, menolak menyebutkan nama mereka.

Dan siapa yang memperingatkan negara-negara itu?

"Iran, tentu saja," kata penasihat itu. "Iran sangat ingin agar Amerika dan Irak menyadari serangan sebelum mereka terjadi," katanya.

Reuters sendiri tidak dapat memverifikasi pernyataan penasihat perdana menteri Irak itu.

Sementara itu petugas di pangkalan mengatakan bahwa sudah jelas mereka akan diserang pada tengah malam pada malam rudal menghantam. Sebagian besar personel dipindahkan ke bunker dan pesawat dipindahkan dari tempat parkir dan perbaikan.

"Saya menerima informasi bahwa akan terjadi serangan rudal, dan itu terjadi di Ain al-Asad," kata Letnan Kolonel Anaseette Chase dari Angkatan Darat AS.

"Kami sangat siap. Sepuluh hari sebelumnya, kami melakukan latihan untuk serangan yang sama," imbuhnya.

Namun, pasukan koalisi mengatakan serangan itu tidak menyerang mereka sebagai bentuk Iran membatasi dirinya. Seperti yang dikatakan oleh seorang perwira Angkatan Udara AS: "Jika Anda menembakkan rudal di pangkalan udara tempat orang-orang memelihara pesawat 24/7, Anda mungkin akan membunuh orang."

Kementerian Luar Negeri Iran menolak berkomentar, dan delegasinya di PBB tidak menanggapi permintaan komentar. Kantor perdana menteri Irak dan juru bicara militer juga tidak menanggapi permintaan komentar. Gedung Putih pun menolak berkomentar.

Pernyataan ini menambah bukti bahwa serangan Iran adalah salah satu rahasia paling buruk yang disimpan dalam perang modern. Meski begitu, alasan mengapa hal itu dilakukan masih menjadi misterius setelah pernyataan saling bertentangan dari pejabat Iran, Iran dan AS muncul selama berhari-hari.

Pasca serangan, beberapa media mainstream AS mengutip para pejabat negara itu mengatakan serangan tersebut tidak lebih dari tembakan peringatan. Iran seolah ingin memenuhi seruan rakyatnya untuk membalas dendam setelah serangan udara AS pada 3 Januari menewaskan seorang jenderal Iran tanpa banyak risiko memprovokasi serangan AS lebih lanjut.

Media lain, mengutip sumber-sumber AS dan Arab, melaporkan bahwa Iran memperingatkan Irak sebelum serangan itu dan Irak menyampaikan informasi itu ke Amerika Serikat.

Namun, pada hari Jumat, para pejabat tinggi AS telah menolak narasi itu. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kepada wartawan hari itu bahwa tidak diragukan bahwa Iran memiliki niatan untuk membunuh personel AS.

Pernyataan itu seolah membenarkan pernyataan sebelumnya dari Mark Milley, ketua kepala staf gabungan, yang memuji intelijen AS - daripada peringatan atau kebocoran dari Teheran - dengan pemberitahuan lanjutan yang memungkinkan pasukan AS untuk menghindari korban.

Situasi ini membuat bingung tentang niat Teheran sebenarnya untuk serangan lebih lanjut terhadap pasukan AS atau perang habis-habisan. Serangkaian pernyataan yang saling bertentang dari para pejabat Iran hanya menambah ketidakpastian.

Bahkan ketika TV pemerintah Iran mengklaim serangan itu menewaskan puluhan tentara AS - dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyatakan itu "tidak cukup" hukuman seperti itu - Menteri Luar Negeri Mohammed Javad Zarif segera mentweet bahwa Iran telah melakukan pembalasan dan tidak mencari eskalasi atau perang.

Pernyataan Zarif seolah dibenarkan oleh Kepala Angkatan Udara Garda Revolusi Iran, Jenderal Amir Ali Hajizadeh.

"Kami tidak berniat untuk membunuh. Kami bermaksud untuk menghantam mesin militer musuh," katanya yang dikutip media pemerintah Iran.

Namun Hajizadeh mengulangi klaim palsu bahwa serangan itu telah membunuh tentara AS.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2446 seconds (0.1#10.140)