Cyber Bullying dan Radikalisme Berbasis Agama Jadi Perhatian Negara-negara ASEAN

Minggu, 19 Mei 2019 - 10:58 WIB
Cyber Bullying dan Radikalisme Berbasis Agama Jadi Perhatian Negara-negara ASEAN
Maraknya berbagai ujaran kebencian dan radikalisme yang didasarkan pada agama, etnisitas dan identitas kelompok menjadi keprihatinan negara-negara ASEAN. Foto/Istimewa
A A A
CHIANG MAI - Maraknya berbagai ujaran kebencian dan radikalisme berdasarfkan pada agama, etnisitas dan identitas kelompok menjadi keprihatinan negara-negara ASEAN. Mereka sepakat untuk memberikan perhatian dan mencarikan solusi bersama.

Ketua ASEAN SOMY (Senior Official Meeting on Youth), Asrorun Niam Sholeh mengatakan, masyarakat ASEAN memiliki komitmen untuk mempromosikan budaya yang mendorong moderasi.

Di samping masalah radikalisme, masalah yang disoroti adalah tentang cyber bullying yang sudah pada taraf membahayakan kohesi sosial. Juga tentang masalah narkotika dan zat adiktif yang membahayakan generasi muda.

"Salah satu solusi yang disepakati adalah mempromosikan nilai moderasi dan membangun literasi di berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial kemasyarakatan, serta mencegah merajalelanya hoaks, perundungan berbasis siber (cyber bullying), dan radikalisme. Di samping langkah pencegahan, forum juga menyampaikan perlunya mengambil langkah penindakan," tegas Deputi kepemudaan Kemenpora ini dalam pernyataan tertulisnya, Sabtu (19/5/2019).

Forum tersebut juga menilai pentingnya fokus kampanye mempromosikan literasi media untuk memerangi fakenews. Untuk membangun harmoni dan moderasi di kalangan kaum muda, Indonesia menyampaikan akan melaksanakan pertemuan pemuda antar agama melalui Asean Interfaith Youth Camp.

"Kemenpora siap memimpin kegiatan dialog pemuda antaragama untuk meningkatkan kesepahaman dan menimalkan kecurigaaan serta ketegangan karena perbedaan agama. Insya Allah dilaksanakan di Mataram Juni mendatang," ucap Niam.

Pertemuan Working Group on Culture of Prevention ini dilaksanakan untuk kedua kali sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat ASEAN yang damai, inklusif, tangguh, sehat, dan harmonis.

Dalam forum ASEAN Summit pada 2017 yang lalu, para pemimpinan negara ASEAN mengadopsi ASEAN Declaration of the Culture of Prevention (CoP) for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy, and Harmonious Society. Deklarasi ini menitikberatkan pada inisiatif pemegang kebijakan dan pendekatan partisipatif dalam upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di ASEAN.

Hadir dalam pertemuan ini delegasi dari seluruh anggota ASEAN ditambah para chairman di lingkungan ASEAN, seperti SOMY, SOM-ED, SOMS, ACDM, ASOEN, COM, dan COCI.

Delegasi dari Indonesia berasal dari Kemenlu yang dipimpin Direktur Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN Riaz Saehu, Kemenpora yang dihadiri oleh Deputi Pengembangan Pemuda Asrorun Niam Sholeh sebagai Ketua ASEAN SOMY serta Kemendikbud yang dihadiri Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid sebagai Ketua ASEAN COCI (Committe on Culture and Information).
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.5434 seconds (0.1#10.140)