Cegah Kebuntuan Ekonomi, Zero Covid-19 Harus Jadi Tekad Bersama

Minggu, 26 April 2020 - 13:49 WIB
loading...
Cegah Kebuntuan Ekonomi, Zero Covid-19 Harus Jadi Tekad Bersama
Ketua MPR Bambang Soesatyo. (Foto/SINDOphoto/Dok)
A A A
JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan target Zero pasien Covid-19 sebagai tekad bersama dan sebisa mungkin diwujudkan dengan cepat.

Tekad ini penting diwujudkan untuk mencegah terjadinya kebuntuan akibat penghentian aktivitas perekonomian yang berlarut-larut.

"Sangat berbahaya jika penerapan pembatasan sosial berlarut-larut. Durasi pembatasan sosial yang berkepanjangan tidak hanya memenjarakan masyarakat di rumah masing-masing, tetapi juga akan menuntun semua orang ke dalam perangkap kebuntuan yang bisa menyebabkan penderitaan berkepanjangan," ujar Bamsoet di Jakarta, Minggu (26/4/20).

Pembatasan yang berlarut-larut akan memerangkap semua orang pada kebuntuan. Sebab, tidak ada lapangan kerja yang tersedia, walaupun semua orang ingin bekerja untuk mendapatkan penghasilan atau upah. Pada gilirannya yang terjadi kemudian adalah menggelembungnya jumlah warga miskin. (BACA JUGA: UPDATE COVID 19: Korban Tewas di Seluruh Dunia Tembus 200 Ribu Jiwa)

"Situasi saat ini memang masih belum terjadi kebuntuan. Karena, semua orang masih berharap pandemi Covid-19 segera berakhir. Sehingga, dinamika kehidupan bisa segera pulih. Penderitaan akibat menurun atau hilangnya nilai penghasilan komunitas pekerja juga masih bisa diatasi dengan jaringan pengaman sosial yang disediakan pemerintah," tutur Bamsoet.

Namun, jika pandemi Covid-19 tidak segera bisa diakhiri, pembatasan sosial dengan ragam ketentuan pengetatan tentunya harus berlanjut. Akibatnya, pabrik berhenti produksi. Kegiatan distribusi dibatasi dan diperketat.

"Tak hanya itu, layanan transportasi masal dikurangi dalam skala ekstrim. Pusat belanja (mal) dan restoran harus tutup. Sehingga, konsekuensinya pemutusan hubungan kerja (PHK) pun tak terhindarkan," tandas Bamsoet.

Saat ini diJawa Tengah dan Yogyakarta, tidak kurang dari 30 ribu pekerja sektor pariwisata terancam kehilangan pekerjaan. Bali jugaberpotensi rugi hingga Rp 135 triliun akibat sepinya wisatawan.Maskapai penerbangan lokal mencatat rugi lebih dari Rp 2 triliun.Para petani dan buruh sawit terancam kelaparan akibatekspor sawit melambat.

"Itulah penggalan dari keseluruhan penderitaan masyarakat akibat Pandemi Covid-19 yang mengharuskan diterapkannya pembatasan sosial dengan ketat. Tentu sangat banyak karyawan yang dirumahkan atau berkurang pendapatannya," kata Bamsoet.

Untuk menghindari kebuntuan, sejumlah negara mulai melonggarkan ketentuan penguncian atau lockdown. Pemerintah Tiongkok telah mencabut status isolasi provinsi Hubei dan Wuhan. Begitu juga dengan Korea Selatan. Di Eropa, mulai dari Itali, Spanyol, Jerman, Prancis, Denmark hingga Austria dan Ceko juga melakukan hal yang sama. Sejumlah kegiatan produktif masyarakat pun mulai bergeliat lagi. (BACA JUGA: Lawan Covid-19 Paling Tepat Gunakan Dilarang Mudik atau Pulang Kampung)

"Jika ingin tidak terjadi kebuntuan akibat terhentinya aktivitas perekonomian, masyarakat Indonesia harus berambisi segera memulihkan semua sendi dinamika kehidupan. Syaratnya, harus ditumbuhkan kesadaran dan keinginan memutus rantai penularan Covid-19 secara bersama," pungkas Bamsoet
(vit)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2235 seconds (0.1#10.140)