Bahas Kamp Penjara Uighur, China Sensor Debat Calon Presiden Demokrat

Jum'at, 20 Desember 2019 - 20:16 WIB
Bahas Kamp Penjara Uighur, China Sensor Debat Calon Presiden Demokrat
China menyensor debar calon presiden Partai Demokrat AS saat menyinggung permasalahan Uighur. Foto/TVLine
A A A
HONG KONG - Pemerintah China begitu sensitif dan reaktif jika permasalahan Uighur disinggung oleh pihak luar negeri.

Terbaru adalah pemerintah Negeri Tirai Bambu itu menyensor debat calon presiden (capres) Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) saat para kandidat ditanya tentang kamp-kamp penjara Uighur.

Dikutip dari CNN, Jumat (20/12/2019), siaran langsung debat keenam kandidat capres Partai Demokrat disensor tanpa peringatan. Layar televisi berubah menjadi hitam setelah moderator Judy Woodruff bertanya kepada Wali Kota Pete Buttigieg apakah AS harus memboikot Olimpiade Beijing 2022 karena dugaan penahanan massal warga Uighur di China.

Live feed debat dari PBS/Politico di Los Angeles tetap dipotong selama sekitar sembilan menit sementara para kandidat ditanya tentang berbagai masalah China, termasuk protes Hong Kong dan ketegangan militer di Laut China Selatan.

China kerap menyensor siaran langsung jaringan media internasional jika dianggap sensitif secara politik oleh Partai Komunis yang berkuasa. Pemirsa mengetahui jika tayangan itu disensor karena layar menjadi gelap dan semua suara terpotong.

Sebelumnya, laporan CNN tentang pusat penahanan di Xinjiang dan aksi protes di Hong Kong secara teratur di hapus oleh China.

Departemen Luar Negeri AS mengklaim bahwa hingga 2 juta warga Uighur yang mayoritas Muslim mungkin telah ditahan di pusat-pusat penahanan massal di provinsi Xinjiang, China. Mantan tahanan dan aktivis mengklaim mereka telah mengalami kondisi memperihantinkan dan pelecehan saat mereka menjalani pendidikan ulang politik di dalam kamp.

Dokumen-dokumen yang bocor dari pemerintah China tampaknya menunjukkan sebuah program yang dirancang untuk mengubah anggota minoritas Muslim menjadi warga negara patriotik berbahasa China.

Beijing membantah keras dugaan pelanggaran hak asasi manusia di kamp-kamp tersebut, yang katanya adalah "pusat pelatihan kejuruan" dengan fokus pada deradikalisasi dan kontraterorisme.

Beberapa pejabat pemerintah telah mengklaim bahwa semua "peserta pelatihan" di kamp telah lulus dan kembali ke masyarakat, tanpa memberikan bukti apa pun.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.5961 seconds (0.1#10.140)