Bupati Tapanuli Utara Buka Festival Matumona-Muara 2019
A
A
A
MUARA - Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan membuka secara resmi Festival Matumona-Solu Bolon Parade Formasi Hariara Sundung di Langit 2019, bertempat di Pantai Libra SS Danau Toba, Desa Unte Mungkur, Muara, Kamis (19/12/2019).
Kata Matumona ini bisa diartikan kembali ke asal, mengenang kembali kehidupan awal dan mensucikan diri untuk bersahabat dengan Alam. Sedangkan kata Formasi Solu Bolon Hariara Sundung Di Langit' berarti sepenanggungan, searah dan seirama yang berlandaskan Tuhan Yang Maha Esa.
"Event ini telah 2 kali dilaksanakan dan saya percaya seluruh rangkaian selama 3 hari ini akan sukses. Saya yakin pariwisata Muara akan meningkat maju karena karakter masyarakatnya yang memegang teguh ucapannya. Karena hal tersebutlah sejak awal, saya berkomitmen untuk memajukan kesejahteraan dan juga pariwisata Muara," kata bupati dalam sambutannya.
Setelah keberadaan Bandara Internasional Silangit, kata dia, pertanyaannya kembali ke masyarakat Muara. "Apa yang hendak dijual dari Muara ini Event apa yang akan kita sajikan?'," bebernya.
Bupati melanjutkan siap siap men-support rencana masyarakat dan terus berjuang untuk menambah infrastruktur yang sudah ada termasuk akan menyurati pemerintah pusat terkait design Huta Ginjang untuk dijadikan pariwisata gantole-paralayang.
"Saya sedang memperjuangkan agar Muara ini sebagai pintu gerbang masuk menuju Danau Toba karena didukung Bandara Internasional Silangit. Seluruh desa juga harus kompak, segera bentuk Badan Usaha Antar Desa sehingga nantinya akan terkumpul modal yang cukup besar untuk membuat suatu usaha seperti pengembangan pariwisata olahraga dan juga pembinaan generasi muda," katanya.
Usai sambutan, Bupati bersama Tokoh Masyarakat Soaloon Simatupang, Samsul Sianturi dan mewakili Dinas Pariwisata Provsu serta para undangan lainnya menyaksikan Acara Adat Matumona dan dilanjutkan dengan Formasi Solu Bolon Hariara Sundung Di Langit.
Pada Formasi Solu Bolon, panitia juga menampilkan sepasang Solu Bolon yang dibuat dari kayu berumur lebih dari ratusan tahun dan pada kesempatan tersebut Bupati menaikinya.
Ketua Panitia Jusman Sianturi menjelaskan kegiatan ini berkat partisipasi 15 desa se-Kecamatan Muara serta menjelaskan bahwa event ini akan dilaksanakan setiap tahun dimana 'hasuhuton' akan bergiliran dimulai dari Marga Simatupang, selanjutnya marga Aritonang, Siregar dan marga-marga pendatang di Muara.
Kata Matumona ini bisa diartikan kembali ke asal, mengenang kembali kehidupan awal dan mensucikan diri untuk bersahabat dengan Alam. Sedangkan kata Formasi Solu Bolon Hariara Sundung Di Langit' berarti sepenanggungan, searah dan seirama yang berlandaskan Tuhan Yang Maha Esa.
"Event ini telah 2 kali dilaksanakan dan saya percaya seluruh rangkaian selama 3 hari ini akan sukses. Saya yakin pariwisata Muara akan meningkat maju karena karakter masyarakatnya yang memegang teguh ucapannya. Karena hal tersebutlah sejak awal, saya berkomitmen untuk memajukan kesejahteraan dan juga pariwisata Muara," kata bupati dalam sambutannya.
Setelah keberadaan Bandara Internasional Silangit, kata dia, pertanyaannya kembali ke masyarakat Muara. "Apa yang hendak dijual dari Muara ini Event apa yang akan kita sajikan?'," bebernya.
Bupati melanjutkan siap siap men-support rencana masyarakat dan terus berjuang untuk menambah infrastruktur yang sudah ada termasuk akan menyurati pemerintah pusat terkait design Huta Ginjang untuk dijadikan pariwisata gantole-paralayang.
"Saya sedang memperjuangkan agar Muara ini sebagai pintu gerbang masuk menuju Danau Toba karena didukung Bandara Internasional Silangit. Seluruh desa juga harus kompak, segera bentuk Badan Usaha Antar Desa sehingga nantinya akan terkumpul modal yang cukup besar untuk membuat suatu usaha seperti pengembangan pariwisata olahraga dan juga pembinaan generasi muda," katanya.
Usai sambutan, Bupati bersama Tokoh Masyarakat Soaloon Simatupang, Samsul Sianturi dan mewakili Dinas Pariwisata Provsu serta para undangan lainnya menyaksikan Acara Adat Matumona dan dilanjutkan dengan Formasi Solu Bolon Hariara Sundung Di Langit.
Pada Formasi Solu Bolon, panitia juga menampilkan sepasang Solu Bolon yang dibuat dari kayu berumur lebih dari ratusan tahun dan pada kesempatan tersebut Bupati menaikinya.
Ketua Panitia Jusman Sianturi menjelaskan kegiatan ini berkat partisipasi 15 desa se-Kecamatan Muara serta menjelaskan bahwa event ini akan dilaksanakan setiap tahun dimana 'hasuhuton' akan bergiliran dimulai dari Marga Simatupang, selanjutnya marga Aritonang, Siregar dan marga-marga pendatang di Muara.
(vhs)