Majunya Gibran, Bobby dan Inge Nasution Bisa Ganggu Jenjang Kaderisasi Partai

Senin, 16 Desember 2019 - 11:06 WIB
Majunya Gibran, Bobby dan Inge Nasution Bisa Ganggu Jenjang Kaderisasi Partai
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno. Foto: Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Meski sah secara demokrasi, majunya anggota keluarga Presiden dalam pilkada berpotensi menciptakan kompetensi yang tak seimbang.

Diketahui menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution dan anak sulung Presiden Jokowi Gibran Rakabuming Raka dan kakak kandung Bobby, Inge Amelia Nasution maju dalam pilkada.

Gibran menyatakan diri siap maju sebagai bakal calon Wali Kota Solo, lalu Bobby di Pilkada Medan. Adapun Inge untuk Pilkada Simalungun. Ketiga anggota keluarga Jokowi itu masing-masing sudah mendaftar diri melalui PDI Perjuangan.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, majunya anggota keluarga Presiden berpotensi menciptakan kompetensi yang tak seimbang.

Menurut Adi, setidaknya untuk Gibran dan Bobby sudah memiliki bekal elektoral yang memadahi karena memiliki Jokowi Effect. Sedangkan bakal calon lain harus memulai dari nol.

"Tanpa maju pilkada pun, anak mantu presiden pasti banyak yang menawarkan diri membantu tanpa diminta. Apalagi niat nyalon pilkada otomaticly pasti banjir dukungan," ujar Adi saat dihubungi Sindonews, Senin (16/12/2019).

Namun begitu, Adi menganggap ada persoalan terhadap penerimaan partai politik. Meski sah secara demokrasi, parpol mestinya melihat jenjang kaderisasi kandidat yang akan diusung.

"Gibran-Bobby baru jadi kader partai sementara kader senior banyak yang antri. Jelas akan mengganggu kaderisasi," ujarnya.

Untuk itu, Adi menyarankan agar ke depan harus diatur secara jelas soal politik dinasti supaya tak ada kecemburuan politik. Sebab ia menganggap, munculnya dinasti politik tentu akan merusak kualitas kompetisi. Di saat yang lain, cita-cita reformasi untuk melawan politik dinasti bukan perkara mudah. Terlebih dinasti yang sedang berkuasa.

Analisi Politik asal UIN Jakarta ini menganggap, khusus untuk di Solo, tentu dilema bagi PDI Perjuangan soal majunya Gibran. Di satu sisi proses pemilihan bakal Cawalkot Solo sudah selesai di DPC partai. Namun di saat bersamaan jika restu PDIP tak jatuh ke Gibran, sangat terbuka Gibran diusung partai lain.

"Karena peminatnya ngantre, modal politik sebagai anak presiden menjadi magnet elektoral utama yang membuat banyak parpol silau," pungkasnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.7253 seconds (0.1#10.140)