Bung Karno dan Cerita Spanduk Raksasa 'Sekali Muhammadiyah Tetap Muhammadiyah'

Minggu, 15 Desember 2019 - 13:56 WIB
Bung Karno dan Cerita Spanduk Raksasa Sekali Muhammadiyah Tetap Muhammadiyah
Bung Karno. Foto: SINDOnews/Ist
A A A
Dalam perjalanan bangsa Indonesia serta Muhammadiyah, nama Ir Soekarno atau Bung Karno tentu tak bisa dipisahkan begitu saja.

Hal ini lantaran Bung Karno memang dikenal memiliki kedekatan dan menjadi kader Muhammadiyah sejak era 1930-an.

Dikutip dari www.muhammadiyah.or.id, mantan Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latief mengatakan, perjalanan Soekarno mencari ilmu tentang Islam, sangatlah berlika-liku karena latar belakang keluarganya beragam. Ada yang kejawen, teosofi, dan Islam hingga suatu saat Soekarno mengenal Muhammadiyah dan menjadi anggota Muhammadiyah.

"Bung Karno pernah mengucapkan kata-kata yang melegenda di kalangan Muhammadiyah,'Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah'," ujar Yudi Latief.

Nah, terkait kata-kata 'Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah' ini, ada cerita menarik yang akan disajikan di sini. Kala itu, tahun 1962, Muktamar Muhammadiyah digelar di Jakarta. Muktamar yang bertepatan dengan setengah abad Muhammadiyah itu digelar di Istora.

Presiden Soekarno dijadwalkan hadir dalam penutupan Muktamar ke-35 Muhammadiyah yang digelar 21-25 November 1962 itu. Ketua Panitia Muktamar adalah H Sudarsono Prodjokusumo atau yang dikenal dengan panggilan Pak Prodjo.

Di halaman 342-343 buku Pengabdian dan Perjuangan HS Prodjokusumo dalam Kenangan yang diterbitkan Yayasan Amal Bakti Masyarakat, Pak Prodjo menuturkan bahwa menjelang penutupan Muktamar yang akan dihadiri Soekarno, dirinya dipanggil ke Markas Security Cakrabirawa di Kompleks Istana Kepresidenan. Pak Prodjo berseragam TNI AD menghadap kepala Security yang pernah sama-sama menjadi kadet di Akademi Militer Yogyakarta.

Sambil memohon bantuan pengamanan, Pak Prodjo mengatakan bertanggung jawab terkait pengamanan Presiden Soekarno saat hadir di Muktamar. Kepala Security bilang bahwa jika dinilai tidak aman, Presiden kemungkinan tidak hadir.

Pulang dari Istana, Pak Prodjo datang ke Kantor Panitia Muktamar. Dia bicara dengan Yusuf Nasar. Di situ terlintas ide membuat spanduk besar bertuliskan "Bung Karno, Sekali Muhammadiyah Tetap Muhammadiyah".

Keesokan harinya, spanduk besar dari bagor sepanjang kurang lebih 30 meter itu dibawa ke Istora, dipasang di bagian atas, di bawah atap.

Bakda Magrib, bersama Mensos Mulyadi Djojomartono dan Yunus Anis dan PP Muhammadiyah, Pak Prodjo menghadap Soekarno dengan maksud menjemputnya. "Yang hadir apa sudah ada 5.000 orang," tanya Soekarno.

Pak Prodjo menjawab bahwa Insya Allah sudah. Ajudan pun mengecek. Setelah itu, Bung Karno bangkit dari tempat duduknya dan berangkat ke Istora.

Pak Prodjo pun deg-degan, jangan-jangan jumlah yang hadir mengecewakan. Namun, begitu sampai di Parkir Timur, mereka terjebak dalam lautan manusia. Dengan susah payah dan pengawalan ketat, rombongan masuk Istora dan menaiki tangga.

Di depan pintu, Presiden Soekarno berhenti sejenak dan memandang spanduk raksasa. Di awal pidatonya, Bung Karno mengatakan, "Sewaktu saya sampai di pintu masuk, mata saya langsung tertangkap oleh tulisan di sana 'Bung Karno: sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah'. Dan saya kepada Muhammadiyah, makin lama makin cinta," ujar Bung Karno sambil menunjuk ke arah spanduk raksasa.

Seisi Istora bergemuruh mendengar apa yang diucapkan Bung Karno. Pak Prodjo pun plong.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9723 seconds (0.1#10.140)