Israel Ancam Suriah dan Serangan Preemptive ke Iran

Senin, 09 Desember 2019 - 09:51 WIB
Israel Ancam Suriah dan Serangan Preemptive ke Iran
Serangan udara hantam Damaskus, Suriah, pada Jumat 21 Juni 2019. (Foto/Facebook Diary of a Mortar Shell in Damascus/Youmiyat Qadifat Hawun fi Damashq/via REUTERS)
A A A
TEL AVIV - Zionis Israel mengancam menjadikan Suriah menjadi perang abadi yang sebanding dengan perang Vietnam yang dilakukan Amerika Serikat (AS) selama paruh kedua abad 20. Negara Yahudi itu juga mengancam akan melakukan serangan preemptive ke wilayah Iran.

Rezim Zionis menganggap Iran terus mengerahkan pasukan dan senjata di Suriah dengan tujuan untuk menyerang Israel.

Teheran telah membantah tuduhan itu, dan bersikeras bahwa mereka hanya mengirim penasihat militer untuk membantu pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Ancaman rezim Zionis terhadap Suriah dilontarkan Menteri Pertahanan Naftali Bennett. Menurutnya, Suriah bisa menjadi perang abadi dan tidak menyenangkan seperti Perang Vietnam yang dilakukan AS. Faktanya, AS kalah dalam Perang Vietnam.

"Kami memberi tahu orang-orang Iran; Suriah akan menjadi Vietnam Anda. Jika Anda tidak pergi, Anda akan mengakar dan Anda akan berdarah karena kami akan bekerja tanpa ragu-ragu untuk mengeluarkan pasukan agresif dari Suriah," kata Bennett, seperti dikutip Sputniknews, Senin (9/12/2019).

Ancaman itu disampaikan setelah Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia Corriere Della Sera menyatakan bahwa Tel Aviv tidak mengesampingkan melakukan serangan preemptive terhadap Teheran jika negara itu membangun senjata nuklirnya sendiri.

"Itu pilihan. Kami tidak akan membiarkan Iran memproduksi atau mendapatkan senjata nuklir. Jika satu-satunya pilihan yang tersisa bagi kami adalah opsi militer, kami akan bertindak secara militer. Ancaman sanksi tidak cukup. Satu-satunya pencegah adalah ancaman militer diarahkan terhadap rezim (Iran)," kata Katz.

Tel Aviv selama ini telah menyerang negara-negara tetangganya dengan klaim mencegah mereka memperoleh senjata nuklir. Pada Juni 1981, Tel Aviv meluncurkan operasi militer dengan sandi "Operation Opera", di mana jet-jet tempur Israel menghancurkan reaktor nuklir Irak yang sedang dibangun tidak jauh dari Baghdad. Tel Aviv mengklaim telah bertindak membela diri untuk mencegah pemerintah Saddam Hussein memproduksi senjata nuklir.

Setelah Operation Opera, Tel Aviv memprakarsai apa yang disebut doktrin mantan Perdana Menteri Israel Menachem Begin, yang menyarankan bahwa serangan itu bukan anomali dan bahwa pemerintah Israel di masa depan harus melanjutkan praktik serangan pencegahan dan serangan udara terhadap negara tetangga yang berupaya mendapatkan senjata pemusnah massal.

Israel, yang secara rutin menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir, secara luas diyakini berada di belakang serangan siber worm Stuxnet 2010 terhadap komputer Iran yang menyebabkan penghancuran beberapa sentrifugal di pabrik nuklir Natanz. Tidak ada entitas yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas serangan siber yang merusak tersebut.

Angkatan Udara Israel juga telah melakukan banyak serangan udara terhadap objek-objek di Suriah, mengklaim menargetkan pasukan dan senjata Iran. Menurut Tel Aviv, Teheran menyediakan senjata ke Damaskus sebagai alat untuk menyerang Israel.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.3888 seconds (0.1#10.140)