Kisah Pasutri Asal Inggris Bertahan 117 Hari di Laut Lepas

Minggu, 01 Desember 2019 - 07:48 WIB
Kisah Pasutri Asal Inggris Bertahan 117 Hari di Laut Lepas
Pasutri asal Inggris, Maurice Bayley dan Maralyn Bayley.
A A A
LONDON - Maurice Bayley dan Maralyn Bayley, adalah pasangan asal Inggris, dalam sebuah film dokumenter, mengenang kembali momen menegangkan saat mereka terlunta-lunta di tengah laut selama 117 hari, 30 tahun lalu.

Maurice diketahui tutup usia pada tahun lalu, sementara Maralyn meninggal pada 2002 lalu.

Tiga dekade lalu, Maurice dan Maralyn, berangkat dari Southampton dengan kapal yang memiliki panjang 9,4 meter bernama Auralyn pada awal tahun 1973. Mereka telah menjual semua barang-barang mereka untuk membeli kapal tersebut dan melakukan perjalanan ke selatan.

Mereka bermaksud beremigrasi ke Selandia Baru dan memulai kehidupan baru di luar negeri. Ironisnya, kapal mereka tenggelam hanya beberapa hari setelah berlayar.

Pasangan itu berhasil melewati Terusan Panama dan Kepulauan Galapagos ketika pada 4 Maret, kapal mereka ditabrak oleh seekor paus di lepas pantai Guatemala dan tenggelam. Pasangan ini sukses menyelamatkan diri dengan rakit tiup dan berusaha memindahkan sebanyak mungkin perlengkapan, termasuk makanan dan kompas.

Pasangan tersebut, dalam dokumenter itu, seperti dilansir News.com.au, mengklaim ratusan hewan mendekati rakit mereka dan mengikuti dalam perjalanan mereka. Dalam dokumenter tersebut, Maurice mengatakan bahwa hewan-hewan itu adalah teman mereka dan membantu mereka meringankan keterasingan mereka. "Mereka (binatang) ada di sekitar kita sepanjang waktu," kata Maurice.

"Salah satu binatang yang kami bunuh dan itu membuat kami tidak nyaman adalah kura-kura. Mereka adalah makhluk yang tidak berbahaya, kami membunuhnya. Memenggalnya dan membunuhnya, saya sama sekali tidak menyukainya," sambungnya.

Setelah mereka sukses diselamatkan, pasangan itu memutuskan untuk menjadi vegetarian. “Kami pikir kami tidak akan membunuh hewan lagi atau membiarkan hewan lagi dibunuh. Lalu, kami menjadi vegetarian. Saya belum makan daging sejak momen itu," ujar Maurice.

Kedua menuturkan, setidaknya tujuh kapal melewati mereka, tetapi para kru tidak pernah melihat mereka saat terombang-ambing, sehingga kapal mereka semakin jauh dari daratan, ke bagian-bagian terpencil Samudra Pasifik, sementara kondisi rakit mereka semakin buruk.

Pada awal perjalanan, mereka menghabiskan waktu dengan membaca atau bermain permainan kartu, tetapi lama kelamaan kondisi mereka memburuk. Keduanya mengalami kekurangan gizi dan kondisi cuaca membuat setiap kegiatan fisik terbukti sulit dan berbahaya.

Pasangan itu hanyut 2.400 km, sampai mereka diselamatkan oleh kapal nelayan Korea Selatan, Weolmi 306, pada 30 Juni 1973.

"Maralyn berkata bahwa ia mendengar kapal, Benar saja, sebuah kapal muncul di cakrawala. Mereka melihat kami, nelayan itu melihat kami. Saya tidak berpikir ketika mereka memanggil kapten dia bisa mempercayainya," ucap Maurice.

"Laut adalah hidup kami, hewan adalah tetangga kami. Saya tidak bisa percaya bahwa kami akan kembali ke peradaban manusia dan kami bertanya-tanya apa yang ditawarkan peradaban kepada kami sekarang," sambungnya.

Pasangan itu kembali ke Inggris dan menulis sebuah buku tentang cobaan mereka setahun kemudian, 117 Days Adrift. Maralyn meninggal karena kanker pada tahun 2002 dalam usia 61 dan Maurice menjalani kehidupan menyendiri sampai akhirnya tutup usia pada bulan Desember 2018.

Alvaro Cerezo, yang meciptakan film dokumenter tersebut, yang dirilis tahun 2016, mengatakan dia membuat karya ini untuk melakukan sesuatu yang istimewa untuk pasangan ini. Cerezo mengatakan bahwa sejak kematian Maralyn, Maurice hidup sepenuhnya sendirian dan memisahkan diri dari masyarakat.

"Ketika saya mengatakan 'sendirian', saya tidak berusaha melebih-lebihkan, karena Maurice tidak memiliki orang lain di dunia ini. Sulit dipercaya bahwa saya mungkin satu-satunya orang yang mempertahankan kontak dengannya sampai kematiannya," ungkapnya.

"Kadang-kadang saya meneleponnya, lain waktu kami saling menulis melalui email. Saya selalu menekankan perlunya memiliki kontak alternatif jika saya berhenti menerima email atau dia tidak menjawab panggilan saya. Dia tidak bisa memberi saya hal ini, meskipun sulit untuk percaya, dia tidak punya siapa-siapa," tukasnya dan menyebut dia telah membuat situs web penghormatan untuk Maurice dan Maralyn Bailey bernama thebaileys.docastaway.com.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.4714 seconds (0.1#10.140)