Generasi Milenial, Investasi Politik Joko Widodo

Sabtu, 23 November 2019 - 10:25 WIB
Generasi Milenial, Investasi Politik Joko Widodo
Dosen Senior STIKOM InterStudi Jakarta, Suhendra Atmaja, S.Sos, Msi, Lm. (Foto/Ist)
A A A
TEROBOSAN teranyar kembali dilakukan pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amien, dengan menunjuk 7 Staf Khusus Kepresidenan dari kalangan milenial atau generasi yang lahir pada rentang 1985-1997 atau generasi Z.

Ketujuh pejabat milenial di sekeliling Jokowi telah banyak dilansir di media, berusia sangat muda,berusia antara 25-37 tahun.Tidak ada yang salah dalam penunjukan tujuh milenial ini, positifnya adalah Presiden Jokowi bisa menerima masukan yang sungguh sangat bermanfaat untuk pemerintahan dan negara.

Dalam sebuah kesempatan, Presiden Jokowi mengatakan Staf Khusus milenial ini akanmenjadi partner pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan kekinian, "Mereka akan menjadi teman diskusi saya dalam pengambilan keputusan," ujar Jokowi dalam sebuah kesempatan.

Ada rasa bangga dan haru terkait penunjukan orang-orang muda di pemerintahan, artinya anak-anak memiliki kesempatan yang sama dengan kamu experience atau kalangan orang tua untuk bersaing sehat dan bahu-membahu membangun Indonesia. Keren, kesempatan anak-anak muda di pemerintahan benar-benar terwujud.

Penunjukan anak muda dalam pemerintahan sebenarnya telah banyak dilakukan oleh pemerintahan di banyak negara. Contohnya, ditujuknya Syeq Saddiq Syeq Abdul Rahman, menjadi Menteri Pemuda dan olahraga Malaysia saat berusia 25 tahun.

Atau Shamma Al Mazrui menjadi Menteri Urusan Pemuda Emirat Arab di usia 24 tahun. Atau Simon Haris, Alumni Institut Teknologi Dublin menjadi Menteri Kesehatan Irlandia diusia 29 tahun lahir 17 Oktober 1986. Indonesia sebenarnya telah menunjuk Nadiem Makariem sebagai Menteri termuda di usia 35 tahun tapi penunjukan Stafsus Presiden Jokowi menjadikan warna tersendiri bagi anak-anak muda milenial.

Penunjukan anak-anaka muda di pemerintah sebagai StafKhusus membawa marwah positif agar Indonesia bisa maju dan mendunia, dengan karakter anak muda yang pantang menyerah.

InvestasiPolitik

Secarapolitik, penunjukan orang-orang muda atau generasi milenial ini adalah investasi politik Jokowi untuk pemerintahan 10 hingga 20 tahun kedepan. Apalagi anak tertua Jokowi, Gibran Rakabuming sudah masukke dunia politik atau dipastikan maju sebagai kontestan calon wali kotaSolo pada 2020.

Menurut penulis, tidak ada yang salah salam dalam investasi politik, apa lagi hal tersebut bermanfaat untuk orang banyak.

Tak bisa dipungkiri, pada 10-20 tahun kedepan, generasi milenial akan menjadi pemimpinan di era pemerintahan baru dan langkah yang dilakukan Jokowi adalah langkah ’Santuy’ atau strategi yang tepat untuk kepemimpinan ke depan.

Ke depan, generasi milenial dianggap adalah pemimpinan masa depan d negara ini, meskipun generasi ini butuh experience dan butuh bimbingan dan bantuan para orang tua untuk pengambilan keputusan keputusan karena lagi-lagi butuh kematangan dalam pengambilan keputusan strategis dan beresiko.

Seharusnya generasi Z, ini tidak boeh sombong apalagi jumawa. Generasi milenial tidak perlu malu-malu untuk terus bertanya kepada 'orang tua' atau generasi di atasnya ketika membuat kebijakan.

Apa lagi kebijakan tersebut bersentuhan langsung dengan kepentinganmasyarakat.
Diyakini, kelemahan generasi milenial adalah dalam hal pengambilan keputusan. Karena jiwa muda generasi milenial disinyalir ketika mengambil keputusan, harus menghasilkan efek dalam 24 jam, padahal ini dibutuhkan kesabaran, sebelum mengubah kembali keputusan baru.

Masih banyaknya pejabat di pemerintahan yang berusia 60 tahun ke atas, harusnya sudah tidak perlu terjadi lagi jika regenerasi benar-benar dilakukan secara baik dan masif. Penunjukan pejabat berumur tersebut lebih karena pengalaman dan bisa juga karena faktor politik.

Gagalnya generasi milenial yang memimpin dalam sebuah lembaga atau departemen, bisa dikatakan kurangnya opportunity yang diberikan sehingga generasi Z menjadi minim pengalaman. Satu hal lagi yang harus diperhatikan generasi milenial ketika memimpin adalah perlunya keseimbangan emosial. Hal ini bisa dimaklumi mengingat usia mereka yang masih relatif muda.

Kedepan kita berahrap kaum muda dengan rentang usia 25-35 tahun banyak berada di pemerintahan dan menjadi pemimpin di lembaga-lembaga pemerintah, dengan menjual konsep kekinian dan mengedepankan kepetingan masyarakat dengan pemecahan masalah yang cepat, taktis dan kematangan yang mumpuni, semoga.

Penulis : Suhendra Atmaja, S.Sos, Msi, Lm
Dosen Senior STIKOM Inter Studi Jakarta
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.0113 seconds (0.1#10.140)