Kerabat Korban Pembantaian: Kartel Narkoba di Meksiko Lebih Parah daripada ISIS

Sabtu, 09 November 2019 - 13:02 WIB
Kerabat Korban Pembantaian: Kartel Narkoba di Meksiko Lebih Parah daripada ISIS
Sembilan warga Amerika Serikat yang tewas dalam penyergapan kelompok bersenjata di Meksiko dimakamkan pada Kamis (7/11/2019). Foto/REUTERS/Jose Luis Gonzales
A A A
BAVISPE - Kerabat dari 9 warga Amerika Serikat yang dibantai dalam penyergapan kelompok bersenjata di wilayah utara Meksiko mengatakan kartel narkoba di negara itu lebih buruk daripada ISIS.

Kerabat korban mendesak pemerintah Meksiko untuk menerima bantuan Washington untuk menghancurkan kartel narkoba.

Sembilan korban tewas—tiga ibu dan enam anak—telah dimakamkan di Meksiko pada hari Kamis. Menurut pemerintah setempat mereka terjebak dalam baku tembak perselisihan antara Kartel Juarez dan saingannya Kartel Sinaloa pada hari Senin.

Para korban berasal dari tiga keluarga berkewarganegaraan ganda AS-Meksiko yang lahir dari komunitas Mormon. Komunitas ini didirikan di utara Meksiko beberapa dekade lalu.

Para pelayat datang dari ribuan mil untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para korban.

Kesedihan dan kemarahan mencengkeram kerabat yang berduka, dan beberapa dari mereka mendesak Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador untuk menerima tawaran bantuan Presiden AS Donald Trump untuk membantu menghancurkan geng narkoba.

"Saya benar-benar percaya bahwa kartel di Meksiko telah pindah ke tingkat kebiadaban lain, mereka sama buruk atau lebih buruk dari ISIS. ISIS punya ideologi," kata Rosa LeBaron, 65, sepupu dari salah satu korban yang tewas dalam serangan itu.

"Skenario (pembunuh bayaran) ini, mengapa mereka melakukannya? Karena murni keserakahan dan kejahatan," ujarnya, dikutip Reuters, Jumat (8/11/2019).

Dia mengatakan Meksiko perlu mengatasi kebanggaan, dan menerima bantuan dari dari negara tetangga atau koalisi internasional, seperti PBB, untuk membasmi kartel.

"Ini sangat di luar jangkauan, kita hidup seperti kita di Afghanistan, 100 mil dari perbatasan AS," kata LeBaron.

Lebih dari 250.000 orang Meksiko telah terbunuh dalam kekerasan yang meningkat yang telah mencengkeram negara itu sejak 2007, banyak dari mereka menjadi korban kekerasan terkait narkoba.

"Mereka harus memusnahkan orang-orang jahat ini dari Meksiko seperti koalisi yang masuk ke Suriah dan tempat-tempat tersebut," ujarnya.

Julian LeBaron, kerabat lain dari para korban dan seorang aktivis setempat, mengatakan ia akan menyambut bantuan dari luar untuk menemukan para pembunuh. Dia tidak berpikir pemerintah Meksiko mampu menghentikan kekerasan dan impunitas.

"Jika Amerika Serikat atau Kanada menawarkan untuk membantu kami, atau jika makhluk luar angkasa menawarkan untuk membantu kami, tentu saja kami akan menerimanya," katanya kepada Uno TV. "Lembaga-lembaga itu korup, mereka busuk sampai ke inti."

Presiden Lopez Obrador percaya bahwa Meksiko dapat menyelesaikan masalah keamanannya tanpa intervensi asing, tetapi dia telah membuka pintu bagi kerja sama FBI asalkan kedaulatan nasional negara itu tidak dilanggar.

Pembantaian wanita dan anak-anak di mobil mereka di jalan raya di negara bagian Sonora, Meksiko, perbatasan memicu kemarahan di Amerika Serikat ketika Trump bersiap kampanye untuk pemilu 2020.

Seorang Senator dari Partai Republik, Josh Hawley asal Missouri, bereaksi di Twitter dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat harus menjatuhkan sanksi pada pejabat Meksiko yang enggan menghadapi kartel narkoba.

"Satu-satunya hal yang dapat menangkal peluru adalah peluru yang lebih banyak dan lebih besar," imbuh Senator Partai Republik Tom Cotton asal Arkansas kepada Fox News. Dia menyerukan Amerika Serikat untuk intervensi.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6291 seconds (0.1#10.140)