9 Warga AS Anggota Sekte Poligami Dibantai Kartel Narkoba Meksiko

Rabu, 06 November 2019 - 14:32 WIB
9 Warga AS Anggota Sekte Poligami Dibantai Kartel Narkoba Meksiko
Para kerabat korban pembantaian kartel narkoba di Meksiko menangis di lokasi serangan di Bavispe, Sonora, Meksiko, Rabu (5/11/2019). (Foto/REUTERS/Jose Luis Gonzalez)
A A A
MEXICO CITY - Motif pembantaian sembilan warga Amerika Serikat (AS) di Meksiko oleh kartel narkoba masih miterius. Namun para korban diketahui merupakan anggota Fundamentalist Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints (FLDS), sebuah sekte poligami yang memisahkan diri dari komunitas gereja arus utama Mormon.

Para korban yang dibantai di antaranya adalah tiga ibu dan enam anak mereka. Pembantaian terjadi pada hari Senin ketika kartel narkoba menyergap tiga mobil yang penuh dengan wanita dan anak-anak di jalan raya di Meksiko utara.

Menurut kerabat korban, orang-orang bersenjata melepaskan tembakan yang membunuh tiga ibu bernama Rhonita Miller,30, Dawna Langford,43, dan Christina Langford Johnson,29.

Enam anak dari mereka yang juga dibantai antara lain Howard Miller,12, Trevor Langford,11, Krystal Miller,10, Rogan Langford,2, dan dua bayi kembar Titus dan Tiana Miller yang masing-masing berusia delapan bulan.

SUV yang dikemudikan Rhonita terbakar setelah diberondong peluru. Dua kendaraan lainnya ditemukan di luar kota Bavispe. Beberapa anak lainnya terkuka akibat ditembak, namun mereka melarikan diri dan bersembunyi di semak-semak terdekat.

Seluruh korban adalah warga AS yang tinggal di La Mora, sebuah pemukiman berusia puluhan tahun di Sonora, Meksiko. Kota itu dekat dengan perbatasan AS, sekitar 112 km selatan Douglas, Arizona.

Menurut laporan news.com.au, Kamis (6/11/2019), para korban adalah anggota Fundamentalist Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints (FLDS), sebuah sekte poligami yang memisahkan diri dari komunitas gereja arus utama Mormon.

Mereka melarikan diri ke Meksiko dan Kanada untuk menghindari konsekuensi hukum ketika praktik itu dilarang pada pergantian abad terakhir.

Willie Jessop, yang terkait dengan salah satu korban, mengaku pernah menjadi salah satu anggota FLDS profil tertinggi yang masih ada kaitannya dengan pelaku paedofil Warren Jeffs.

Kompleks kamp poligami Yearning for Zion (YFZ)—bagian dari FLDS—di Texas pernah menjadi sorotan publik ketika digerebek oleh otoritas negara bagian dan federal dalam menanggapi laporan pelecehan anak pada tahun 2008.

Ketika jadi pemberitaan media, Jessop saat itu muncul sebagai juru bicara kamp yang sangat loyal. Tiga tahun kemudian, pihak berwenang menyelipkan padanya rekaman video Jeffs yang melakukan pelecehan seksual terhadap seorang gadis berusia 12 tahun di sebuah kuil FLDS.

Rekaman itu membuat dunia Jessop hancur dan akhirnya menyebabkan dia mencela Jeffs dan menjauhi sekte tersebut. "Mengerikan sekali," kata Jessop saat itu.

“Dia melakukan (pelecehan) seks berkelompok dengan gadis-gadis kecil, dan itu pada dasarnya hanya berupa pornografi yang luar biasa," lanjut dia. "Cara dia melakukannya menggunakan bahasa agama untuk menutupi beberapa tindakan yang mengerikan."

Jeffs didakwa pada Agustus 2011 karena melakukan pelecehan seksual terhadap dua gadis yang dianggapnya sebagai "istri spiritual" dan menjalani hukuman seumur hidup di penjara Texas.

Jessop hari ini mengatakan kepada NBC News bahwa semua orang sangat terkejut atas pembantaian yang pada hari Senin waktu Meksiko.
"Ini benar-benar tidak bisa dipercaya, dan tidak ada cara untuk memahaminya," katanya.

Dalam sebuah posting Facebook, Jessop menulis; "Keluarga dan teman-teman telah dibunuh di Meksiko. Sangat memuakkan. "Dalam sebuah pembaruan informasi, dia mengatakan lebih banyak korban telah dipastikan ditembak dan dibakar. "Semua ibu muda dan anak kecil," katanya.

Belum diketahui apakah pembantaian itu adalah hasil dari serangan yang ditargetkan atau kasus salah target.

Presiden AS Donald John Trump marah dengan pembantaian sembilan warganya di Meksiko. Dia menawarkan bantuan kepada Meksiko untuk menumpas kartel narkoba. Namun, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menolak tawaran bantuan tersebut. "Meksiko tidak memerlukan intervensi asing untuk menangani masalah keamanannya," katanya.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 6.1113 seconds (0.1#10.140)