Pengamat: AS Perampok dan Jual Minyak Suriah

Selasa, 05 November 2019 - 23:29 WIB
Pengamat: AS Perampok dan Jual Minyak Suriah
Presiden Foundation for the Study of Democracy, Maxim Sergeevich Grigoriev menuturkan, AS tidak hanya mencuri, tapi juga menjual minyak Suriah secara ilegal. Foto/Victor Maulana/Sindonews
A A A
JAKARTA - Presiden Foundation for The Study of Democracy, Maxim Sergeevich Grigoriev mengatakan, Amerika Serikat (AS) bukan hanya mencuri, tapi juga menjual minyak Suriah secara ilegal.

Foundation for the Study of Democracy adalah sebuah lembaga pemikir yang berada di bawah naungan PBB.

"Ada beberapa ladang minyak di Suriah, yang diduduki oleh tentara Amerika dan beberapa perusahaan Amerika yang tidak diketahui, mereka mendapatkan minyak, secara ilegal, dari tanah Suriah dan diekspor dan mendapatkan uang," ucapnya.

"Ini adalah perampokan murni, ini adalah pelanggaran hukum internasional dan sekarang orang Amerika tahu bahwa mereka mengurangi jumlah pasukan di dekat Rukban dan kemudian mereka membuat beberapa pasukan Amerika dari Irak untuk menduduki ini dengan ladang minyak. Tentu saja ada beberapa manfaat bagi Amerika, tetapi bagi beberapa perusahaan swasta Amerika yang tidak dikenal," sambungnya pada Selasa (5/11/2019).

Dia lalu mengatakan, hal ini sangat buruk bagi citra AS. Di mana, menurut pria asal Rusia itu, seluruh dunia mungkin akan berpikir bahwa AS datang ke Rusia hanya untuk minyak dan bukan memberangus teroris.

"Tapi saya pikir ini sangat buruk untuk citra Amerika, karena mencuri minyak Suriah sekarang dan kebijakan ini sangat kacau, saya pikir itu tidak baik untuk citra Amerika. Karena orang-orang di seluruh dunia memiliki hak untuk memberi tahu Amerika di Suriah hanya karena mencuri minyak Suriah," ungkapnya.

"Saya tidak berpikir orang Amerika menginginkan itu, tetapi pada kenyataannya orang-orang di seluruh dunia akan berpikir orang Amerika datang ke sana hanya untuk mencuri minyak, seperti 100 tahun yang lalu di beberapa daerah lain," tukas Grigoriev.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6748 seconds (0.1#10.140)