Menteri Isreal Serukan Perang di Gaza

Senin, 04 November 2019 - 10:47 WIB
Menteri Isreal Serukan Perang di Gaza
Sistem pertahanan Iron Dome saat meluncurkan rudal pencegat untuk mengintersepsi roket asal Gaza yang masuk ke wilayah Israel, Jumat (1/11/2019) malam. (Foto/REUTERS/Amir Cohen)
A A A
TEL AVIV - Menteri Energi Israel dan anggota kabinet keamanan Yuval Steinitz menyerukan operasi militer besar-besaran atau perang di Jalur Gaza, Palestina. Seruan ini muncul setelah wilayah negara Yahudi tersebut dihujani sepuluh roket dari Gaza yang memicu serangan balasan pesawat tempur Zionis.

Tak ada korban jiwa dalam rentetan serangan roket pada Jumat malam pekan lalu. Sebanyak delapan roket dicegat sistem pertahanan Iron Dome, satu roket menghantam rumah di Sderot, satu roket lagi jatuh di lapangan terbuka.

Sebaliknya, serangan balasan Zionis menewaskan seorang warga Palestina dan melukai dua orang lainnya. Tak ada kelompok militan di Gaza yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan beberapa roket tersebut. Namun, Israel tetap menyalahkan Hamas karena merupakan pengendali Jalur Gaza.

"Kami berharap untuk mencapai kesepakatan sebelum operasi militer besar, dan seperti yang terlihat saat ini, kami mungkin harus memulai operasi militer besar-besaran dan baru mencapai kesepakatan," kata Steinitz dalam sebuah wawancara dengan Army Radio.

"Jika tidak ada pilihan dan kami ingin menghancurkan rezim Hamas, itu harus menjadi operasi darat, dan ini harus dibayar mahal," ujarnya, yang dilansir Haaretz, Senin (11/4/2019).

Sementara itu, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar mengatakan pada hari Minggu bahwa tidak ada negosiasi antara Hamas dan Israel mengenai kesepakatan pertukaran tahanan untuk mengambil tahanan perang Israel. Sinwar menyalahkan kurangnya pembicaraan tentang kebuntuan politik.

"Tidak ada negosiasi antara kami dan Israel. Mereka tidak memiliki pemerintah fungsional untuk membahas masalah-masalah besar seperti ancaman Iran. Mereka tidak dapat mengambil keputusan yang menentukan dan penting pada saat ini dan kami siap menghadapi musuh," katanya.

Kabinet keamanan Israel telah mengadakan pertemuan pada hari Minggu selama beberapa jam. Ini adalah pertemuan ketiga kabinet tersebut dalam seminggu, sebuah pertemuan yang sangat tidak biasa bagi pemerintahan transisi. Selama periode sebelum pemilu kedua pada bulan September, pertemuan kabinet keamanan jarang terjadi.

Ketua Habayit Hayehudi Rafi Peretz, yang juga anggota kabinet, mengatakan pada pertemuan bahwa sebagai warga perbatasan dia juga mengalami dampak serangan roket dari Gaza. "Lagi-lagi kita tidak bisa duduk untuk makan malam hari Sabtu. Ini tidak bisa berlangsung. Pemimpin Hamas akan diminta membayar mahal untuk ini," katanya.

Anggota fraksinya, Bezalel Smotrich, juga berbicara pada pertemuan pemerintah.

"Saya dapat memberi tahu orang-orang Israel dengan tegas bahwa kami menangani kampanye ini dengan cara yang sangat diperhitungkan dan bertanggung jawab. Kami melihat segala sesuatu yang terjadi di semua arena dan mencoba menyeimbangkan ketegangan. Mudah untuk berbicara kasar, mudah untuk mengatakan 'mari kita pergi menyerang'. Sangat penting untuk memahami bahwa ruang tempat kami beroperasi sangat rumit, dan kami harus bertindak secara bertanggung jawab," ujarnya.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga berbicara tentang serangan roket dengan menuliskannya di Twitter.

"Hamas memikul tanggung jawab atas setiap serangan yang berasal dari Jalur Gaza. Saya tidak bermaksud untuk merinci rencana kami di sini. Kami akan terus melanjutkan beroperasi di semua arena untuk keselamatan Negara Israel, dalam tindakan terbuka dan rahasia melalui laut, udara dan darat," tulis dia.

Meskipun Israel telah mengaitkan serangan roket dari Gaza selama beberapa bulan terakhir dengan kelompok Jihad Islam, militer Israel tetap menyalahkan Hamas karena menjadi penguasa wilayah tersebut yang bertanggung jawab atas semua serangan yang berasal dari sana.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3218 seconds (0.1#10.140)