Ini Review Film Terminator: Dark Fate

Rabu, 30 Oktober 2019 - 19:00 WIB
Ini Review Film Terminator: Dark Fate
Terminator: Dark Fate adalah akhir dari perjalanan panjang 2 seri awal franchise ini dan sekaligus membuka lembaran baru dengan cerita klasik yang apik. (Forbes)
A A A
JAKARTA - Sejak Terminator 2: Judgment Day diluncurkan pada 1991, seri ini senantiasa dinantikan para penggemarnya. Sudah 28 tahun berlalu, setidaknya 3 film yang mengikuti sekuel Terminator (1984) tersebut. Sayang, tak semuanya dianggap memuaskan bagi para penggemarnya. Apalagi, 3 film setelah T2 itu tidak lagi ditangani James Cameron, pencipta Terminator.

Namun, tahun ini, dahaga penggemar untuk menyaksikan aksi Terminator yang tak kalah dari seri Terminator lain akhirnya bisa terpuaskan. Terminator: Dark Fate adalah seri keenam Terminator yang menjawab keinginan para penggemar untuk melihat aksi cyborg pembunuh itu dengan cerita yang komplit dan menarik.

Terminator: Dark Fate ini adalah kelanjutan langsung T2. Tanpa menanggap adanya 3 film yang sebelumnya dirilis di antara 2 film ini, film yang disutradarai Tim Miller itu hadir dengan cerita yang lebih menarik, tidak memaksa dan punya kaitan erat dengan Judgment Day, terutama dengan kehadiran kembali Linda Hamilton sebagai Sarah Connor.

Dark Fate memunculkan tokoh baru, Grace (Mackenzie Davis), yang merupakan manusia cyborg hibrida. Dia datang ke masa sekarang dari masa depan untuk melindungi Dani Ramoz (Natalia Reyes). Di masa depan, Bumi dikuasai Legion—sebuah artificial intelligence—yang bisa berpikir dan bergerak tanpa harus dikendalikan manusia. Dari Legion inilah lahir Terminator generasi terbaru, Rev-9. Salah satu Terminator ini (Gabriel Luna), diutus pergi ke masa sekarang untuk membunuh Dani.

Grace pun harus bertarung dengan waktu untuk bisa menyelamatkan Dani dari kejaran Rev-9. Di saat itulah, dia bertemu Sarah yang kini menjadi pemburu Terminator. Sarah kemudian menolong Grace dan Dani untuk meloloskan diri dari Rev-9 sekaligus mencari cara untuk menghadapi Terminator yang sangat kuat tersebut. Dari segala usaha itu, semuanya kemudian bermuara pada satu orang bernama Carl, yang ternyata adalah Terminator T-800 (Arnold Schwarzenegger). Bersama, mereka pun menghadapi ancaman Rev-9.

Jika di Judgment Day ada T-1000 (Robert Patrick) yang sepertinya nyaris tidak bisa dibunuh, maka di Dark Fate ada Rev-9. Tokoh cyborg yang diperankan Gabriel Luna ini adalah jenis Terminator yang jauh lebih maju dari T-1000. Dia bisa menjelma menjadi bentuk manusia, tapi juga bisa berdiri sendiri dalam wujud robotiknya. Cyborg pembunuh ini memiliki materi seperti T-1000, yaitu logam cair. Rev-9 ini juga tahan terhadap serangan apa pun dan dia mampu menciptakan senjata tajam di tangannya, meski tidak punya senjata built in seperti T-X di Terminator 3.

Yang menarik, sosok manusia Rev-9 ini sangat mirip dengan T-1000. Dia tidak banyak bicara, bermuka datar/tanpa ekspresi, dan hanya bisa menyerang, menyerang dan menyerang. Dia tidak akan berhenti sampai misinya terpenuhi. Selain itu, Rev-9 ini juga dengan mudah menjelma menjadi orang lain.

Kehadiran Linda Hamilton di film ini menambah bobot film dengan baik. Di usianya yang telah menua, Linda tetap bisa menggambarkan tokoh Sarah Connor dengan baik. Sarah tetap tampil sebagai sosok wanita tangguh, tak mudah menyerah, tahan banting, tapi tetap punya emosi dan empati. Dark Fate adalah salah satu film dengan momen emosional bagi Sarah. Di film ini, pahit getir kehidupan Sarah setelah Judgment Day sedikit terkuak.

Sementara, akting Mackenzie Davie sebagai Grace pun mencuri perhatian. Di film ini, karakternya nyaris mirip karakter Sarah dengan usia yang jauh lebih muda. Grace adalah sosok wanita tangguh, rela berkorban dan sangat loyal. Dia pun tak mau berhenti berjuang sampai misinya untuk menyelamatkan Dani selesai. Meskipun punya tubuh setengah robot, Grace tetap punya batasan fisik. Ada momen emosional antara Grace dan Dani yang sulit dilewatkan di film ini.

Lantas bagaimana dengan Arnold Schwarzenegger? Kembali memerankan T-100, dia tetap muncul sebagai sosok yang kaku. Hanya, di film ini, sama seperti Sarah, dia pun telah menua. Yang menarik, dia ternyata menjadi sosok yang lebih bijak.

Terminator: Dark Fate adalah jawaban dari penantian panjang para penggemar seri ini setelah Judgment Day. Film ini menjawab semua pertanyaan terkait apa yang terjadi pada T-100, John Connor (Edward Furlong) dan juga Sarah. Banyak momen letupan emosi yang akan membawa penggemarnya ke masa Judgment Day di film ini. Dan, dari sisi cerita, banyak yang akan mengingatkan mereka ke seri kedua Terminator itu.

Terminator: Dark Fate memberikan konklusi memuaskan kepada T1 dan T2 seri ini. Film ini, meski disebut membuka lembaran baru, memberikan cerita klasik dengan cara yang menarik untuk disimak sehingga tidak membosankan. Selam 128 menit, film ini memberikan aksi tontonan kejar-kejaran dan baku hantam antara Rev-9 dengan orang-orang yang mengejarknya. Meskipun, kurang banyak adegan tembak-tembakan atau ledakannya dan ketegangannya, aksi-aksi di film ini tetap menarik untuk diikuti. Jika film ini dibuat dengan rating penonton Dewasa atau R, maka aksinya bakal lebih gila lagi dan tentu lebih menarik.

Terminator: Dark Fate adalah akhir dari perjalanan panjang dua seri awal franchise ini dan sekaligus membuka lembaran baru. Film ini memberikan cerita klasik yang sulit untuk dilewatkan.

Terminator: Dark Fate sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda. Film ini mendapatkan rating penonton Remaja atau PG-13 dari LSF, ada sejumlah adegan yang mengandung kekerasan hingga berdarah-darah di sini. Selain itu, film ini juga mengandung bahasa yang kasar. Jadi, dampingilah anak remaja Anda saat ingin menonton film ini. Selamat menyaksikan!
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4341 seconds (0.1#10.140)