Miris, Keluarga Hanif Luput dari Perhatian Pemerintah

Kamis, 24 Oktober 2019 - 09:10 WIB
Miris, Keluarga Hanif Luput dari Perhatian Pemerintah
Kediaman keluarga Hanif Saputra (2) di Desa Batang Bahal, Kecamatan Batunadua, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara.(Foto:SINDOnews/Ziaulhaq)
A A A
PADANGSIDIMPUAN - Keluarga Hanif Saputra bayi 2 tahun yang menderita gizi buruk dan mengalami kebutaan, ternyata luput dari perhatian pemerintah daerah. Beragam bentuk program yang dikeluarkan Presiden Jokowi, mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat (KIS) hingga beras miskin (Raskin) bertahun-tahun tak pernah mereka rasakan.

"Memang saya dengar banyak yang menerima program-program pemerintah dan di kampung ini juga banyak yang menerima seperti itu. Tapi entah mengapa kami belum pernah menerimanya," kata Nurmaida Lubis kepada SINDONews, Rabu kemarin (23/10/2019) di kediamannya di Desa Batang Bahal, Kecamatan Batunadua, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara.

Istri Sawal Saputra pernah mempertanyakan pembagian ini ke pihak aparatur desa, namun perempuan ini hanya mampu melihat warga lainnya saat menerima bantuan.

"Sudah sering saya tanyakan, tapi kata mereka saya tidak masuk dalam daftar penerima. Bahkan saya tanyakan, apa alasannya karena kami juga senasib," ujar ibu Hanif Saputra.

Kini Nurmaida berharap agar program-program pemerintah yang diperuntukan bagi masyarakat ekonomi ke bawah benar-benar disalurkan sehingga tepat sasaran.

"Suami saya hanya buruh bangunan, tentunya kami berharap program ini bisa kami dapatkan untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya perawatan anak kami. Kalau kami nanti sudah mampu, silahkan program itu dicabut kembali," harap Nurmaida.

Seperti diberitakan sebelumnya, pasangan suami istriu Sawal Saputra dan Nurmada kondisinya kini memprihatinkan karena buah hatinya Hanif Saputra yang baru berusia 2 tahun menderita gizi buruk dan mengalami kebutaan. Hanif hanya bisa digendong, dan belum mampu berjalan seperti anak-anak lainnya.

Untuk membiayai perobatan Hanif, mereka tidak mampu apalagi untuk membiayai iuran BPJS Kesehatan pribadi sebagaimana yang dimiliki warga lainnya.

"Kalau ada uang kami tentunya kami masuk BPJS Kesehatan pribadi. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari saja kami sudah syukur Alhamdulillah," kata Nurmaida, yang menetap di rumah sederhananya yang berdinding papan.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3450 seconds (0.1#10.140)