Korban Tewas Topan Hagibis di Jepang Renggut 56 Jiwa

Selasa, 15 Oktober 2019 - 09:34 WIB
Korban Tewas Topan Hagibis di Jepang Renggut 56 Jiwa
Petugas penyelamat membantu warga yang terkena dampak banjir di Iwaki, prefektur Fukushima. (Foto/Istimewa)
A A A
TOKYO - Pencarian korban Topan Hagibis di Jepang terus berlanjut. Petugas penyelamat harus mengarungi lumpur, air setinggi pinggang, dan bekerja hingga malam hari untuk mencari korban selamat Topan Hagibis.

Petugas bahkan harus menembus hujan yang kembali turun di beberapa daerah yang terkena terjangan topan, memicu kekhawatiran banjir akan berlanjut.

Stasiun televisi NHK melaporkan sedikitnya 56 orang tewas, 15 hilang dan 211 orang terluka akibat Topan Hagibis. Topan juga membuat sebagian besar kota-kota di Jepang tengah dan timur terendam air.

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan, daerah yang tersapui badai mematikan itu begitu luas. Topan Hagibis di pulau utama Jepang, Honshu, pada Sabtu lalu dan menuju ke laut pada hari Minggu. Abe pun meminta pemberian bantuan yang mendesak kepada para korban.

Puluhan ribu pekerja pertolongan dan armada helikopter telah menyebar di berbagai daerah yang terkena dampak Topan Hagibis.

"Masih banyak warga yang belum diperhatikan. Petugas berseragam kami bekerja siang dan malam dalam operasi pencarian dan penyelamatan," kata Abe dalam pertemuan darurat para menteri.

"(Ada kerusakan) di berbagai daerah yang sangat luas, dan lebih dari 30.000 orang masih dipaksa untuk tetap dalam evakuasi. Adalah tugas mendesak kami untuk menawarkan dukungan yang sangat teliti kepada mereka yang terkena dampak," imbuhnya seperti dikutip dari The Strait Times, Selasa (15/10/2019).

Tim penyelamat yang dilengkapi dengan kacamata dan snorkel mencari para penyintas saat mengarungi air setinggi pinggang di Nagano, Jepang tengah, tempat Sungai Chikuma meluap dan membanjiri petak-petak tanah.

Seorang pria paruh baya di Nagano, ketika ditanya tentang situasi di rumahnya, mengatakan kepada NHK: "Itu seperti danau."

Yoshinobu Tsuchiya (69) kembali ke rumahnya di Kota Nagano kemarin pagi untuk menemukan bahwa lantai pertamanya telah banjir dan kebunnya tertutup lumpur.

"Jadi beginilah jadinya," katanya kepada surat kabar Nikkei.

"Aku bahkan tidak bisa membayangkan kapan kita akan selesai membersihkan. Aku muak dengan banjir ini," ujarnya.

Seorang tetangganya berusia 60-an mengatakan kepada surat kabar itu, "Ini seperti tsunami. Ini tidak ada harapan."

Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga mengatakan, lebih dari 110.000 petugas polisi, pemadam kebakaran, tentara dan personel penjaga pantai, serta sekitar 100 helikopter, dimobilisasi untuk operasi penyelamatan kemarin.

Hujan deras diperkirakan terjadi di beberapa bagian Jepang tengah dan timur, mendorong Suga mendesak penduduk untuk tetap terjaga.

"Hujan diperkirakan terjadi di daerah yang terkena dampak hari ini. Karena hujan yang telah kita lihat sejauh ini, tingkat air di beberapa sungai tinggi dan tanah becek di beberapa daerah," kata Suga.

"Harap tetap berjaga-jaga karena tanah longsor dan aliran sungai," imbuhnya.

Di Fukushima, utara ibu kota, Tokyo Electric Power Company melaporkan sembilan kasus pembacaan tidak teratur dari sensor yang memantau air selama akhir pekan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, yang lumpuh akibat gempa bumi dan tsunami 2011.

Namun seorang pejabat Tokyo Electric mengatakan kemarin bahwa delapan kasus dipicu oleh air hujan dan yang lainnya disebabkan oleh kerusakan monitor, dan tidak ada kebocoran air yang terkontaminasi.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2411 seconds (0.1#10.140)