Sriwijaya Air-Garuda Kembali Rujuk

Kamis, 03 Oktober 2019 - 19:35 WIB
Sriwijaya Air-Garuda Kembali Rujuk
Sriwijaya Air Group dan Garuda Indonesia Group menyepakati kembali melanjutkan kerja sama manajemen setelah sempat terhenti akibat perbedaan pendapat di kedua pihak. (Foto/KORAN SINDO)
A A A
JAKARTA - Sriwijaya Air Group dan Garuda Indonesia Group menyepakati kembali melanjutkan kerja sama manajemen setelah sempat terhenti akibat perbedaan pendapat di kedua pihak.

Dengan demikian, operasional maskapai Sriwijaya Air akan ditangani oleh Garuda Indonesia melalui anak usahanya, Citilink. Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo mengatakan, momentum kembalinya kerja sama tersebut diharapkan bisa menjadi turning point komitmen dalam mengedepankan kepentingan bersama mendukung daya saing industri pnerbangan nasional.

Selain itu, kerja sama manajemen juga ditujukan untuk menyelamatkan aset nasional, yakni Sriwijaya Air, sebagai penyedia jasa transportasi udara di Indonesia. “Kami percaya ekosistem industri penerbangan yang sehat merupakan kunci penting dalam peningkatan daya saing industri penerbangan nasional yang saat ini tengah mengalami masa-masa sulit,” ujar Juliandra di Cengkareng, Tangerang, Banten, kemarin.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada tahun lalu maskapai Sriwijaya Air mengalami kesulitan keuangan akibat be - ban utang kepada sejumlah mitra kerjanya. Maskapai ter sebut kemudian menghadap ke pada menteri badan usaha milik negara karena utang Sri wijaya mayoritas kepada perusahaan-perusahaan pelat merah.

Pada November 2018, di sepakati adanya kerja sama operasional antara Sriwijaya dan Citilink yang kemudian ber ubah skema menjadi kerja sama manajemen (KSM). Namun, setelah beberapa bulan bekerja sama, dan Sriwijaya mulai menghasilkan keuntungan, maka terjadi kisruh dualisme ke pe mimpinan di maskapai tersebut.

Garuda pun bersikap tegas. Maskapai pelat merah itu memutuskan untuk mengakhiri kerja sama karena Sriwijaya di duga melakukan wanprestasi dalam perombakan pengurus perusahaan tanpa sepengetahuan Garuda selaku mitra KSM.

Diketahui, Garuda menempat kan sejumlah direksi dan komi saris yang kemudian mendapat so rot - an dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha karena di anggap melakukan praktik kartel. Direktur Utama GMF Aero - Asia Tazar Marta Kurniawan mengatakan, selaku pihak yang berkepentingan dalam melakukan perawatan pesawat Sriwijaya, GMF AeroAsia yang juga anak usaha Garuda Indonesia akan terus mendukung layanan operasional penerbangan Sriwi jaya Group.

Sementara itu, perwakilan pemegang saham Sriwijaya Air Group Jefferson Jauwena mengatakan pihaknya me nyam but baik komitmen dan komunikasi yang telah terjalin baik bersama Garuda Indonesia Group.

“Kami harapkan ke depannya Garuda Indonesia Group bersama Sriwijaya Air Group akan terus bersinergi untuk terus membangun jaringan transportasi udara nasional, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemba ngun - an bangsa dan negara secara merata,” ujarnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Per hubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana Banguningsih Pramesti mengapresiasi terjalinnya kembali KSM antara Sriwijaya Group dan Garuda Indonesia Group. Menurut dia, kerja sama tersebut diharapkan mampu memulihkan kondisi operasional maskapai Sriwijaya.

Polana menambahkan, Ditjen Perhubungan Udara akan terus melakukan pembinaan dan pengawasan kepada seluruh badan usaha angkutan udara sesuai dengan undang-un dang yang ber laku untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan pelayanan penerbangan, serta keber - langsungan dan peningkatan industri penerbangan nasional.

Dengan disepakati kembali KSM tersebut, Garuda Indonesia bersama anak usahanya yakni Citilink Indonesia, Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF AA), dan PT Gapura Angkasa kembali akan menyediakan fasilitas operasional serta manajemen.

Layanan yang dikerjasamakan antara lain operasional penerbangan, perawatan pesawat udara, penyediaan suku panjang, dan jasa penunjang operasi pesawat Sriwijaya. Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan sudah seharusnya Sriwijaya Group ditolong pemerintah.

Namun begitu, sebenarnya ada skema pertolongan lain yang bisa diadopsi misalnya ber - lindung pada chapter 11, seperti yang lazim dilakukan per usaha - an yang kesulitan keuangan di Amerika Serikat. “Di Indonesia juga sudah punya mekanisme sebenarnya, tinggal penerapan dan political will dari pemerintah, dalam hal ini Kemenhub,” ujarnya.

Dia menambahkan, bantuan yang dimaksud bukan hanya gelontoran dana dari pemerintah, melainkan juga pengondisian agar maskapai itu sehat. “Misalnya dengan proteksi di rute gemuk pada periode tertentu, renegosiasi utang, keringanan atau penghapusan biaya-biaya navigasi, ke ban - darudaraan, pajak dalam waktu tertentu,” ujarnya.

Hal lain yang menjadi alasan bahwa Sriwijaya Air patut diselamatkan, imbuh dia, karena pangsa pasarnya sekitar 10% atau mencapai 10 juta penumpang pertahun. Dari sisi efek ekonomi, juga perlu diperhatikan karena sektor ini sangat memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2148 seconds (0.1#10.140)