Nilai Ujian Nasional SMA dan SMK Rata-rata Naik

Rabu, 08 Mei 2019 - 10:58 WIB
Nilai Ujian Nasional SMA dan SMK Rata-rata Naik
Rata-rata Nilai Ujian Nasional SMA dan SMK Naik. (Dok. SINDOnews).
A A A
JAKARTA - Kemendikbud menyatakan hasil Ujian Nasional (UN) jenjang SMA dan SMK tahun ini mengalami kenaikan. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan, hasil UN SMA dan SMK tahun ini yang mengalami kenaikan adalah jurusan IPA untuk hasil UN bahasa Indonesia naik dari 67.97 pada tahun lalu menjadi 69.55 tahun ini atau naik 1.58%.

Kemudian bahasa Inggris dari 53.43 menjadi 53.49 (0.06%), Matematika dari 37.25 menjadi 39.39 (2.04%), Fisika dari 44,22 menjadi 46.42 (2.20%), Biologi dari 48.67 menjadi 50.50 (1.83%). Namun, menurut dia, ada juga penurunan hasil UN jurusan IPA. Yakni di mapel Kimia dari 51.13 turun 50.91 (-0.22%).

Sementara untuk hasil UN jurusan IPS yang mengalami kenaikan adalah mapel Bahasa Indonesia dari 59.00 naik 59.34 (0.34%), Bahasa Inggris 42.57 menjadi 44.72 (2.15%), Matematika dari 33.23 naik 34,65 (1.42%), Ekonomi 47.95 menjadi 52.58 (4.63%), Sosiologi 51.57 menjadi 51.85 (0,28%), dan Geografi 49.71 naik 49.84 (0.13%).

Sedangkan untuk kelas Bahasa, mapel yang mengalami kenaikan ada di Bahasa Indonesia dari 58.01 naik 59.41 (1.40%), Bahasa Inggris dari 47.49 menjadi 49.05 (1.56%), Matematika 35.28 menjadi 37.50 (2.22%), Sastra 63.90 naik 63.93 (0.03%), Antropologi 58.02 menjadi 59.29 (1.27%) dan sastra asing 65.96 ke 66.08 (0,12). “Rata-rata nilainya (hasil UN SMA) naik. Hanya kimia saja yang turun,” tandas Totok saat konferensi pers di Kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.

Totok menjelaskan, kenaikan hasil UN juga terjadi pada jenjang SMK. Kenaikannya merata untuk semua mapel seperti bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, dan teori dengan rata-rata kenaikan 1,5 poin. Kemendikbud, ujarnya, melalui Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah telah melakukan intervensi agar UNBK bisa 100% dijalankan semua siswa di Indonesia.

Selain itu, pemerintah daerah juga melakukan hal yang sama. “Tetapi bagi mereka yang belum ideal melaksanakan (UNBK) secara mandiri banyak juga yang sharing. Banyak SMP yang pinjam ke SMK dan sebaliknya,” paparnya.

Menurut Totok, yang terpenting dari pelaksanaan UNBK adalah kebiasaaan menggunakan perangkat digital atau gawai kepada seluruh siswa. Menurut dia, dari angket yang diberikan kepada peserta UN terlihat bahwa anak-anak yang terbiasa menggunakan gawai dan membaca informasi dari gawai cenderung prestasinya lebih bagus. Karena itu, Totok berharap UNBK tidak hanya sekadar tes saja, melainkan bisa memicu pembelajaran di aspek kehidupan yang lain juga.

Irjen Kemendikbud Muchlis R Luddin mengatakan, dari posko pengaduan yang dibuka ada 126 laporan yang telah terverifikasi. Menurut dia, isu pengaduan yang disampaikan masyarakat didominasi isu kecurangan daripada isu kebocoran. “Jadi, isu kebocoran relatif sudah tidak ada karena sudah tidak mungkin lagi. Kalau curang misalnya dia memfoto soal dari komputer dan membagikannya,” paparnya.

Muchlis mengatakan, pengaduan dilakukan paling banyak lewat Whatsapp sebanyak 90 laporan, surel lima laporan, laman posko 18, dan melalui medsos sebanyak 13 laporan. Bagi siswa yang terbukti melakukan kecurangan, maka secara otomatis mendapat nilai nol untuk mapel yang dicurangi.

Selain itu juga tidak bisa mengikuti ujian susulan, namun mereka akan diberi kesempatan untuk mengikuti ujian perbaikan.

Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suryadi mengatakan, jumlah peserta UNBK yang sangat naik tahun ini menjadi tanda yang positif. Ini menunjukan bahwa UNBK akan menjadi mainstream pelaksanaan UN di masa mendatang. Menurut dia, pelaksanaan UNBK yang semakin banyak pesertanya ini ditengarai karena sesuai dengan karakteristik siswa-siswi milenial yang lebih suka ujian menggunakan gawai.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3169 seconds (0.1#10.140)