Penasihat Khamenei Sesumbar segera Tangkap Trump dan Mengadilinya

Minggu, 29 September 2019 - 05:57 WIB
Penasihat Khamenei Sesumbar segera Tangkap Trump dan Mengadilinya
ekretaris Dewan Kemanfaatan yang menasihati Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Mohsen Rezaei. Foto/MEMRI
A A A
TEHERAN - Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Teheran akan menangkap Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan menyeretnya ke pengadilan atas tindakannya terhadap Iran dan negara lain.

Penasihat Khamenei itu bernama Mohsen Rezaei. Dia adalah mantan komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Dia saat ini menjabat sebagai sekretaris Dewan Kemanfaatan yang menasihati Khamenei.

"Pada akhirnya, kami akan menangkap Trump dan menempatkannya di pengadilan, Insya Allah. Pengadilan internasional akan bersidang dan Trump harus diadili. Dia harus diadili tidak hanya karena apa yang dia lakukan terhadap rakyat kami, tetapi juga atas kejahatannya terhadap bangsa-bangsa lain," ujarnya kepada Channel 2 yang dilansir Times of Israel, Sabtu (28/9/2019).

Wawancara dengan Rezaei itu sejatinya berlangsung 22 September, namun baru diterjemahkan dan disebarkan oleh Middle East Media Research Institute (MEMRI).

Rezaei mengejek Washington karena gagal menanggapi jatuhnya pesawat nirawak mata-mata AS, RQ-4 Global Hawak oleh rudal Teheran. Dia juga meledek Amerika yang dia sebut tidak bisa menjadi sekutu yang bisa diandalkan Arab Saudi, rival regional Iran.

"Ketika Amerika tidak mampu membalas dendam terhadap Iran karena menjatuhkan pesawat ultra-rahasia mereka, akankah mereka dapat membantu Arab Saudi? Mereka tidak bisa membela diri, jadi bagaimana mereka membela Arab Saudi? Semua orang telah menerima pesan itu," katanya.

Ketegangan meningkat di Teluk Persia sejak Mei tahun lalu ketika Trump secara sepihak menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 antara negara-negara besar dan Iran. Sejak itu, Washington mulai menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan Teheran, yang oleh pemerintah Trump disebut sebagai kampanye "tekanan maksimum".

Ketegangan berkobar lagi Mei tahun ini ketika Iran mulai mengurangi komitmennya sendiri terhadap kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015. Washington merespons dengan mengerahkan aset-aset militer ke wilayah Teluk.

Sejak itu, kapal-kapal tanker asing di kawasan Teluk Persia diserang, meski Iran membantah sebagai pelakunya. Iran kemudian menembak jatuh drone RQ-4 Global Hawk AS dan menyita kapal tanker minyak berbendera Inggris.

Bulan ini, serangan besar-besaran melanda fasilitas minyak Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais, Arab Saudi. Serangan telah melumpuhkan separuh dari total produksi minyak Kerajaan Arab Saudi. Washington dan negara-negara Eropa menyalahkan Iran, namun Teheran membantah terlibat.

Kelompok pemberontak Houthi Yaman mengklaim sebagai pelakunya. Namun, Riyadh dan Washington tak percaya dengan klaim tersebut.

"Trump sudah memainkan semua kartunya," kata Rezaei. “Dia sudah menembakkan semua pelurunya. Sekarang dia berdiri di depan kita tanpa peluru, dan dunia menertawakannya. Di masa depan, itu akan menjadi lebih buruk," imbuh dia.

Dia menambahkan bahwa Teluk Persia tidak akan aman sampai pasukan Barat hengkang dari wilayah tersebut.

"Selama Amerika, Inggris, dan negara-negara asing lainnya ingin tetap di kawasan itu, kurangnya keamanan selama 40 tahun terakhir akan terus berlanjut," katanya. “Kondisi pertama untuk keamanan adalah kemerdekaan negara-negara (kawasan).

"Pada hari orang Amerika meninggalkan wilayah itu, semua negara akan menjadi teman satu sama lain," paparnya.

Pada hari Jumat, Presiden Iran Hassan Rouhani mengklaim AS telah menawarkan untuk mencabut semua sanksi terhadap Teheran jika Iran setuju untuk membahas perundingan nuklir. Klaim itu langsung dibantah oleh Trump.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9577 seconds (0.1#10.140)