Panglima TNI Resmikan Monumen Pesawat Terbang di UNS Solo

Sabtu, 21 September 2019 - 06:16 WIB
Panglima TNI Resmikan Monumen Pesawat Terbang di UNS Solo
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bersama Rektor UNS Solo Profesor Jamal Wiwoho saat meresmikan Monumen Pesawat Terbang di Danau UNS, Jumat, (20/9/2019). SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
SOLO - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto meresmikan Monumen Pesawat Terbang di Danau Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah (Jateng) pada Jumat, (20/9/2019).

Monumen pesawat terbang tersebut adalah Pesawat AS–202 Bravo LM–2017 yang merupakan pesawat latih mula.

Peresmian monumen pesawat terbang sebagai rangkaian acara setelah Hadi Tjahjanto menerima gelar Doktor Kehormatan atau Honoris Causa (HC) dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia Dari UNS. Dalam peresmian, turut hadir Rektor UNS, Profesor Jamal Wiwoho, Ketua Senat UNS, jajaran Wakil Rektor dan anggota Senat UNS, Perwira Tinggi TNI Angkatan Udara, Panglima Daerah Militer Diponegoro, Kapolda Jawa Tengah, siswa SMA Pradita Dirgantara dan civitas akademika UNS.

Rektor UNS Prof Jamal Wiwoho mengatakan, monumen pesawat latih di kampus UNS diyakini dapat menjadi ikon untuk memotivasi mahasiswa sebagai generasi muda untuk menjadi ksatria pengawal dirgantara. Sekaligus menjadi wahana edukasi masyarakat Solo dan sekitarnya.

“Selain itu, hadirnya monumen pesawat akan menambah kecintaan masyarakat Solo dan sekitarnya kepada TNI Angkatan Udara dan kedirgantaraan nasional,” ujar Jamal Wiwoho.

Selain Pesawat AS 202 BRAVO LM 2017, UNS juga menerima bantuan berupa Mesin Pesawat AE10 360 BIF sebagai alat peraga Pendidikan mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) UNS. Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan, pesawat latih mula Pesawat AS 202 BRAVO LM 2017, merupakan salah satu pesawat yang bersejarah.

Pesawat latih mula pernah digunakan oleh lulusan taruna maupun pendidikan taruna dinas pendek dari bintara Polri. Sebelum para taruna melanjutkan latih dasar dan selanjutnya memilih sesuai jurusannya, apakah pesawat tempur, pesawat angkut, atau pesawat helikopter.

“Pada saat itu Polri, TNI AL, TNI AD kekurangan pilot, sehingga pada awal tahun 1980 pesawat ini didatangkan dari Swiss ke Indonesia dan digunakan untuk latih mula,” ujar Hadi Tjahjanto.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0366 seconds (0.1#10.140)