Hutan Indonesia Terbakar, Kabut Asap Selimuti Malaysia

Jum'at, 13 September 2019 - 17:42 WIB
Hutan Indonesia Terbakar, Kabut Asap Selimuti Malaysia
Seorang wanita berjalan melewati garis pantai yang diselimuti kabut asap di Singapura, 12 September 2019. Foto/REUTERS/Feline Lim
A A A
KUALA LUMPUR - Kabut asap menyelimuti negara bagian di Malaysia, kecuali Perlis, pada Jumat (13/9/2019). Kabut asap itu muncul di saat hutan di Sumatra dan Kalimatan, wilayah Indonesia, masih terbakar.

New Straits Times melaporkan angin terus meniupkan asap kebakaran hutan dari titik panas di Sumatra dan Kalimantan, wilayah Indonesia.

Kualitas udara telah memburuk paling dramatis di kawasan semenanjung utara Malaysia seperti Negara Bagian Kedah dan Penang, dengan Air Pollutant Index (API) atau Indeks Polutan Udara terbaca "tidak sehat" pada Jumat siang.

Johan Setia Klang, di Selangor adalah daerah yang terkena dampak terburuk secara nasional pada Jumat pukul 11.00 waktu setempat. Level API di daerah tersebut tercatat 214 atau kategori "sangat tidak sehat".

Sebanyak 24 lokasi lain di Malaysia kualitas udaranya terbaca "tidak sehat". Contoh, di Rompin, Pahang, yang level API-nya 168 pada pukul 11.00.

Menurut data Departemen Lingkungan Hidup (DoE), Selangor memiliki banyak kota dengan kondisi udara tidak sehat seperti Kuala Selangor dengan level API 103; Petaling Jaya 141; Shah Alam 136; Klang 129 dan Banting 126.

Di dua wilayah di Kedah, yakni Sungai Petani level API-nya 111, dan Kulim Hi-Tech 109. Di Minden, Penang, level API-nya 114, diikuti oleh Balik Pulau 111 dan Seberang Jaya 107.

Di Perak, daerah yang terkena dampak paling parah adalah Tasek Ipoh dengan level API 120; Pegoh Ipoh 103; dan Seri Manjung 126.

Sementara itu, udara yang tidak sehat dialami Negara Bagian Negri Sembilan, yakni daerah Nilai dengan level API 128 dan Port Dickson 107.

Di Melaka, status API yang tidak sehat dialami Bukit Rambai dengan level 105 dan Bandaraya Melaka 107. Sedangkan di Johor kondisi udara juga tercemar di Segamat dengan level API 107, Batu Pahat 102 dan Tangkak 134.

Pusat Meteorologi Khusus ASEAN (ASMC) mengatakan kondisi kering diperkirakan akan bertahan di banyak daerah di wilayah ASEAN wilayah selatan, termasuk Sumatra dan Kalimantan.

“Kelompok-kelompok hotspot yang terus-menerus terus terdeteksi di bagian tengah dan selatan Sumtera, khususnya di provinsi Riau, Jambi, dan Sumatra Selatan," kata ASMC.

"Kabut asap sedang hingga padat terpantau berasal dari titik-titik panas ini, dan beberapa kabut asap telah ditiup oleh angin yang bertiup ke Semenanjung Malaysia dan Singapura," lanjut ASMC.

ASMC menambahkan bahwa di Kalimantan, banyak daerah di Kalimantan Barat, Tengah, dan Selatan terus diselimuti kabut asap sedang hingga pekat yang dipancarkan dari titik yang terdeteksi di sana.

Pada hari Kamis, Menteri Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim Malaysia; Yeo Bee Yin, mengatakan bahwa Perdana Menteri Mahathir Mohamad akan menulis surat kepada Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) untuk membahas kebakaran hutan.

"Saya telah membahas hal ini dengan Perdana Menteri dan dia telah setuju untuk menulis surat kepada Presiden Jokowi untuk menarik perhatiannya terhadap masalah kabut asap lintas batas," kata Yeo.

"Kantor Mahathir sedang mempersiapkan surat tersebut dan akan segera dikirim," lanjut dia dalam sebuah pernyataan.

Reaksi Indonesia

Pemerintah Indonesia pada hari Jumat menolak keluhan Malaysia tentang kabut asap di negara itu yang diklaim berasal dari kebakaran hutan di seberang perbatasan. Menuru pihak Indonesia, api juga berkobar di beberapa bagian Malaysia dan di perkebunan milik Malaysia yang ada di Indonesia.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Siti Nurbaya Bakar mengatakan dia merasa Malaysia belum melukiskan gambar objektif dari kebakaran lahan yang terjadi di sebagian pulau Sumatra dan Kalimantan Indonesia selama lebih dari sebulan.

Menteri Siti mengatakan kabut asap dari kebakaran di Indonesia mungkin telah melintas ke Malaysia. Namun, kata dia, kebakaran lahan juga terdeteksi minggu lalu di Negara Bagian Sarawak, Malaysia di Kalimantan dan Semenanjung Malaysia juga berkontribusi terhadap kualitas udara yang memburuk di sana.

"Saya hanya meminta mereka (Malaysia) bersikap objektif dan berurutan dalam analisis data mereka," katanya kepada Reuters. Komentar Siti menanggapi pernyataan Kuala Lumpur bahwa mereka menggunakan data terkini dari ASMC.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1528 seconds (0.1#10.140)