Misran Nyaris Tewas Dimangsa Buaya Sungai Simangalam Labuhanbatu Utara

Senin, 09 September 2019 - 13:07 WIB
Misran Nyaris Tewas Dimangsa Buaya Sungai Simangalam Labuhanbatu Utara
Misran, warga di Dusun Tanjungalam, Desa Simangalam, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara nyaris tewas, diserang buaya saat memancing. (Foto/Ilustrasi)
A A A
LABUHANBATU UTARA - Misran, warga di Dusun Tanjungalam, Desa Simangalam, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara nyaris tewas, diserang buaya saat memancing.

Kondisi Misran saat ini mengalami luka serius dan dilarikan ke rumah sakit. Peristiwa ini terjadi pada Jumat (6/9/2019) kemarin. Saat itu, Misran tengah memancing ikan di Sungai Simangalam dengan perahu.

“Tiba-tiba seekor buaya berukuran besar langsung berusaha menerkam dia. Korban langsung loncat dari perahu dan berenang ke tepi sungai untuk menyelamatkan diri,” kata Kepala Desa Simangalam A Marpaung, Senin (9/9/2019).

Saat berenang ke pinggir sungai, Misran diserang buaya yang sama. Korban menderita luka-luka di bagian perut, dada, dan punggung. “Saat berenang ke darat itulah buaya menyerangnya hingga dia mengalami luka-luka di tubuhnya,” ujar A Marpaung.

Beruntung, ada warga yang melihat kejadian tersebut. Warga berusaha menyelamatkan Misran yang luka-luka dan melarikannya ke rumah sakit.

Menurut A Marpaung, buaya tersebut sudah lama berada di Sungai Simangalam. Bahkan, peristiwa serupa hampir setiap tahun terjadi di desa mereka. “Saya berharap pemerintah berwenang bisa segera mengambil tindakan agar tidak lagi terjadi peristiwa seperti ini,” ujarnya.

Sementara Kepala Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Hotmauli Sianturi mengaku belum mengetahui peristiwa tersebut. BBKSDA segera mengecek ke lokasi kejadian. “Baru tahu saya. Nanti kami akan lakukan pengecekan ke sana kalau memang benar itu buaya atau tidak,” kata Hotmauli.

Dia mengatakan, jika memang Sungai Simangalam merupakan habitat dari buaya, maka masyarakat diminta untuk tidak mendekati wilayah tersebut. Hal itu untuk mengantisipasi konflik satwa dan manusia terjadi lagi.

“Kalau habitat buaya, ya manusianya yang bergeser. Kan enggak mungkin kita main evakuasi evakuasi saja. Yang perlu itu sosialisasi dan mitigasi untuk meminimalisasi korban,” katanya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8509 seconds (0.1#10.140)