China Merotasi Tentara di Hong Kong Jelang Unjuk Rasa

Jum'at, 30 Agustus 2019 - 10:23 WIB
China Merotasi Tentara di Hong Kong Jelang Unjuk Rasa
China Rotasi Tentara di Hong Kong Jelang Unjuk Rasa
A A A
HONG KONG - Pemerintah China merotasi tentaranya di pangkalan militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Hong Kong kemarin.

Rotasi pasukan ini dilakukan beberapa hari sebelum rencana unjuk rasa yang akan digelar untuk menyerukan demokrasi penuh di Hong Kong. Unjuk rasa terus digelar di Hong Kong dalam tiga bulan terakhir. Media China menyebut pergerakan tentara China sebagai aktivitas rutin.

Namun para diplomat Asia dan Barat khawatir dengan rotasi tentara itu. Para diplomat pun terus memantau pergerakan PLA di Hong Kong. Bahkan jika aktivitas tentara itu rutin maka waktunya dilakukan saat Hong Kong mengalami krisis politik terburuk sejak kota itu dikembalikan ke China pada 1997 oleh Inggris.

“Militer China akan memberikan kontribusi lebih besar untuk menjaga kesejahteraan dan stabilitas Hong Kong,” ungkap pernyataan PLA, dilansir kantor berita Xinhua. “Militer telah menyelesaikan rotasi pasukan rutin angkatan udara, angkatan darat, dan pasukan maritim,” papar laporan Xinhua.

Xinhua dan surat kabar People's Daily merilis sejumlah gambar dan tayangan personil militer berkonvoi di Hong Kong sebelum fajar sambil membawa senter. Para pengamat memperkitakan jumlah garnisun Hong Kong antara 8000 dan 10.000 tentara dirotasi antar pangkalan di China selatan dan jaringan bekas barak militer Inggris di Hong Kong.

Truk-truk penuh tentara PLA berkaos tangan putih bergerak masuk ke Hong Kong dalam beberapa jam setelah penyerahan kota itu ke China pada 1997. Sejumlah pihak pun mempertanyakan peran tentara China itu. Militer China sering menggelar sejumlah latihan tapi jarang terlihat berada di luar pangkalan mereka.

Saksi mata Reuters melihat banyak aktivitas yang terjadi di dalam dan sekitar pangkalan militer Shek Kong PLA di wilayah pedesaan New Territories, dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. China mengkritik unjuk rasa yang terus berlangsung di Hong Kong. Beijing menuduh Amerika Serikat (AS) dan Inggris intervensi dalam masalah di Hong Kong.

China juga memberikan pesan jelas bahwa intervensi tentara dapat dilakukan di Hong Kong. Ratusan Polisi Bersenjata China bulan ini menggelar latihan di stadium olahraga di Shenzhen yang berbatasan dengan Hong Kong, sehari setelah Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menyatakan kekhawatiran atas pergerakan militer China.

Pernyataan China tentang rotasi pasukan tahun lalu menjelaskan jumlah tentara di Hong Kong tetap tanpa perubahan. Beijing tidak menyebutkan jumlah tentara dalam pengumuman tentang rotasi kemarin. Juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) China Ren Guoqiang menjelaskan bahwa rotasi tentara itu sama dengan tahun-tahun sebleumnya. “Untuk memenuhi permintaan membela Hong Kong,” kata Ren, dilansir Reuters.

“Pasukan garnisun akan memenuhi kewajiban mereka membela Hong Kong sesuai hukum dan akan mengikuti perintah Partai Komunis,” ungkap Ren. Ren menambahkan, “Mereka memiliki keyakinkan, tekad dan kemampuan melindungi dan mempertahankan kesejahteraan dan stabilitas jangka panjang Hong Kong.”

Dia tidak menjawab pertanyaan apakah jumlah tentara China di Hong Kong bertambah sebagai akibat datangnya tentara baru itu. Ren menjelaskan, latihan Kepolisian Bersenjata China di Shenzen rutin dilakukan dan mereka melakukan latihan sama setiap tahun.

Penyelenggara unjuk rasa di Hong Kong, Civil Human Rights Front menyatakan mereka telah menggalang dukungan dua juta orang dan akan berunjuk rasa dari distik bisnis Central Hong Kong ke Kantor Penghubung perwakilan utama China di Hong Kong pada Sabtu (31/8).

“Pemimpin Civil Human Rights Front Jimmy Sham diserang oleh dua pria bersenjata pisau dan tongkat bisbol pada Kamis. Dia tidak terluka tapi seorang teman yang melindunginya mengalami luka di tangan kiri dan dibawa ke rumah sakit,” ungkap pernyataan di halaman Facebook Civil Human Rights Front.

Pengunjuk rasa yang menargetkan Kantor Penghubung China pada Juli lalu menulis berbagai slogan anti-China di dinding gedung tersebut. Kepolisian Hong Kong telah menolak memberikan izin untuk unjuk rasa itu pada Kamis (29/8). Unjuk rasa ini menandai lima tahun sejak China mencabut hak pilih umum untuk Hong Kong dan terjadi saat kota itu mengalami resesi pertama dalam satu dekade terakhir.

Semua indikator pertumbuhan ekonomi Hong Kong pun sedang mengalami banyak tekanan. Unjuk rasa digelar sejak pertengahan Juni untuk menentang rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang dapat mengirim tersangka di Hong Kong diadili di pengadilan China. RUU itu telah ditangguhkan sekarang.

Kini unjuk rasa mengubah seruannya untuk menuntut demokrasi penuh dalam kebijakan satu negara dua sistem yang diterapkan di Hong Kong sejak 1997. Kebijakan itu menjamin kebebasan yang tidak dinikmati warga di China daratan, termasuk independensi yudisial. Unjuk rasa itu menjadi tantangan terbesar yang dialami Presiden China Xi Jinping sejak berkuasa pada 2012.

Beijing saat ini ingin meredam kerusuhan menjelang peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada 1 Oktober saat Xi akan menggelar parade militer di Beijing. Selain merotasi tentara di Hong Kong, China juga merotasi tentara di Macau, bekas koloni Portugis yang diserahkan ke China pada 1999. Situasi di Macau lebih tenang dibandingkan di Hong Kong.
(don)
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2793 seconds (0.1#10.140)