Embargo Senjata Iran Dicabut, AS Waspadai Munculnya Kekacauan Baru

Rabu, 21 Agustus 2019 - 11:59 WIB
Embargo Senjata Iran Dicabut, AS Waspadai Munculnya Kekacauan Baru
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memperingatkan kekacauan baru jika embargo senjata Iran dicabut pada 2020 mendatang.(Foto/Istimewa)
A A A
NEW YORK - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo memperingatkan adanya kekacauan baru ketika embargo senjata PBB terhadap Iran dan larangan perjalanan pemimpin pasukan Quds berakhir, Oktober 2020 mendatang. Ia pun mendorong masyarakat internasional untuk mencari cara bagaimana menghentikan Iran.

Peringatan itu diungkapkan Pompeo dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang perdamaian dan tantangan keamanan Timur Tengah.

Dalam pertemuan itu juga Pompeo menyerukan kerja sama yang lebih besar di wilayah Timur Tengah untuk menghasilkan pemikiran segar untuk menyelesaikan permasalahan lama. Ia merujuk pada sejumlah masalah termasuk konflik di Libya dan Suriah serta keretakan antara beberapa negara Teluk dengan Qatar.

Ia juga menyoroti permasalahan Iran. Ketegangan antara Teheran dan Washington telah meningkat sejak pemerintahan Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan internasional untuk mengekang ambisi nuklir Iran tahun lalu dan mulai menjatuhkan sanksi.

"Karena AS menyatakan niat kami untuk membuat semua pembelian minyak Iran menjadi nol pada bulan April, Ayatollah telah melakukan semua upaya kampanye diplomasi pemerasan," katanya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (21/8/2019).

Ia juga menyatakan Iran telah melanggar batas yang diberlakukan oleh perjanjian nuklir 2015, melakukan uji coba rudal balistik dan merampas tanker di Selat Hormuz.

Di bawah kesepakatan nuklir Iran, embargo senjata PBB terhadap negara itu dan larangan bepergian terhadap komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani akan berakhir tahun depan. Pasukan Quds adalah perpanjangan tangan Garda Revolusi Iran (IRGC) di luar negeri.

Pompeo mengatakan Departemen Luar Negeri AS telah memasang jam di situs webnya yang menghitung mundur untuk penghapusan langkah-langkah tersebut.

"Komunitas internasional akan memiliki banyak waktu untuk melihat berapa lama sampai Iran terbebas dari belenggu untuk menciptakan kekacauan baru, dan mencari tahu apa yang harus dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi, balik menuduh jika AS adalah penyebab ketidakamanan dan ketidakstabilan di Timur Tengah dengan kehadiran militernya. "Aliran persenjataan Amerika yang tak terkendali ke wilayah ini, yang telah mengubahnya menjadi tong bubuk mesiu," ujarnya.

“Sementara kita tidak mencari konfrontasi, kita tidak bisa dan tidak akan tetap acuh tak acuh terhadap pelanggaran kedaulatan kita. Karena itu, untuk mengamankan perbatasan dan kepentingan kami, kami akan dengan penuh semangat untuk membela diri,” katanya kepada Dewan Keamanan.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2134 seconds (0.1#10.140)