Cara Tradisional Panen Raya Padi Buat Kagum Kapolres Toba Samosir
A
A
A
TOBA SAMOSIR - Setiap daerah mempunyai ciri kekhasan saat panen raya padi, termasuk di Desa Jangga Dolok, Kecamatan Lumbanjulu, Toba Samosir, Sumatera Utara.
Kapolres Toba Samosir (Tobasa), AKBP Agus Waluyo pun kagum dengan cara tradisional panen padi tersebut. Hal ini terlihat saat Festival Panen Raya atau Great Harvest Festival yang diselenggarakan di Desa Jangga Dolok, Kecamatan Lumbanjulu, Sabtu (20/7/2019).
Agus mengaku dirinya tidak menyangka dengan kehidupan dan cara panen tradisional masyarakat Batak di Kabupaten Tobasa pada zaman dahulu sebelum masuknya peralatan modern.
“Ternyata kehidupan masyarakat Tobasa merupakan tatanan kehidupan masyarakat yang rukun, santun, penuh dengan canda gurau dan hidup bergotong royong,” tuturnya.
Di kegiatan panen raya itu dapat terlihat keharmonisan yang terjalin diantara warga saat memanen padi secara bergotong royong, dengan memakai peralatan seadanya, memisahkan padi dengan cara diinjak atau mardege.
Rasa tertarik Kapolres sehingga ikut membersihkan padi dengan mengipas memakai tampi. Ketertarikan semakin bertambah, manakala festival tersebut memperagakan, Martandang Najolo Martumba, Opera Batak, Marmuccak, Pasar Rakyat, Manortor dan Hidup dengan Orang Batak (Living with Bataknese).“Coba lihat kekayaan budaya Batak yang begitu kental,” sebutnya.
Kapolres Toba Samosir (Tobasa), AKBP Agus Waluyo pun kagum dengan cara tradisional panen padi tersebut. Hal ini terlihat saat Festival Panen Raya atau Great Harvest Festival yang diselenggarakan di Desa Jangga Dolok, Kecamatan Lumbanjulu, Sabtu (20/7/2019).
Agus mengaku dirinya tidak menyangka dengan kehidupan dan cara panen tradisional masyarakat Batak di Kabupaten Tobasa pada zaman dahulu sebelum masuknya peralatan modern.
“Ternyata kehidupan masyarakat Tobasa merupakan tatanan kehidupan masyarakat yang rukun, santun, penuh dengan canda gurau dan hidup bergotong royong,” tuturnya.
Di kegiatan panen raya itu dapat terlihat keharmonisan yang terjalin diantara warga saat memanen padi secara bergotong royong, dengan memakai peralatan seadanya, memisahkan padi dengan cara diinjak atau mardege.
Rasa tertarik Kapolres sehingga ikut membersihkan padi dengan mengipas memakai tampi. Ketertarikan semakin bertambah, manakala festival tersebut memperagakan, Martandang Najolo Martumba, Opera Batak, Marmuccak, Pasar Rakyat, Manortor dan Hidup dengan Orang Batak (Living with Bataknese).“Coba lihat kekayaan budaya Batak yang begitu kental,” sebutnya.
(vhs)