Isi Pidato Perdana, Kaisar Naruhito Doakan Rakyat Jepang Bahagia

Rabu, 01 Mei 2019 - 14:21 WIB
Isi Pidato Perdana, Kaisar Naruhito Doakan Rakyat Jepang Bahagia
Kaisar baru Jepang Naruhito menyampaikan pidato perdana setelah resmi naik takhta. Foto/Istimewa
A A A
TOKYO - Kaisar baru Jepang, Naruhito, memberikan pidato pertamanya sebagai raja baru di Negeri Matahari Terbit.

Ia berjanji untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai simbol negara dan persatuan rakyat.

"Saya akan bertindak sesuai dengan Konstitusi dan memenuhi tanggung jawab saya sebagai simbol Negara dan persatuan rakyat Jepang, sambil selalu mengalihkan pikiran saya kepada orang-orang dan berdiri bersama mereka," ujarnya seperti dikutip dari Japan Times, Rabu (1/5/2019).

Dalam kesempatan itu, Naruhito juga mendoakan kebahagiaan bagi warga Jepang dan perdamaian dunia.

"Saya dengan tulus berdoa untuk kebahagiaan rakyat dan pengembangan bangsa lebih lanjut serta perdamaian dunia," ucapnya.

Pidato itu disampaikan Naruhito tak lama setelah menghadiri upacara singkat di istana - Kenji-to-Shokei-no-Gi - di mana ia menerima tanda kebesaran kekaisaran, yang menandakan posisinya sebagai kaisar.

Pria berusia 59 tahun itu menjadi simbol negera dalam semalam setelah ayahnya, Kaisar Akihito mengundurkan diri. Berdasarkan Konstitusi Jepang pasca perang, serang kaisar dilarang menjalankan kekuasaan politik.

Pengunduran diri Kaisar Akihito mengakhiri perjalanan 30 tahun era kekaisaran Heisei (Pencapaian Perdamaian), pada gilirannya mengantar ke era baru yang disebut Reiwa (Harmoni Yang Indah) di tengah malam - sebuah momen yang ditandai dengan perayaan nasional.

Pada awal pidatonya, Naruhito mengatakan ia penuh dengan rasa khidmat ketika memikirkan tentang tanggung jawab berat yang akan dilakukan dengan peran barunya.

Pidatonya kemudian diikuti oleh komentar dari Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang dengan tulus memberi selamat kepada kaisar baru atas penobatannya.

“Mengenai Yang Mulia Kaisar sebagai lambang negara dan persatuan rakyat, kami - di tengah gejolak situasi internasional - bertekad untuk mengukir masa depan Jepang yang cerah penuh kedamaian dan harapan yang dapat kami banggakan, seperti dan juga suatu zaman di mana suatu budaya dapat dilahirkan dan dipelihara ketika pikiran orang-orang disatukan dengan indah,” tutur Abe.

Sebelum pidatonya, sang kaisar, mengenakan jas berekor ala Barat, menghadiri ritual pewarisan kebahagiaan di kamar paling bergengsi di Istana Kekaisaran, yang disebut Kamar Pine.

Dalam upacara ini, para pelayan terlihat membawa pedang dan permata - dua dari tiga harta sakral keluarga kekaisaran - serta segel negara dan rahasia negara sebelum menaruhnya di atas meja, dengan sikap mengakui keberhasilannya.

Prosesi itu dihadiri oleh pria dewasa keluarga kekaisaran, dan terlarang bagi anggota perempuannya, termasuk permaisuri baru, Masako. Hukum yang ada menetapkan hanya laki-laki yang dapat naik takhta.

Akan tetapi, pemerintah telah memutuskan untuk mengizinkan anggota Kabinet menghadiri upacara sebagai pengamat tanpa memandang jenis kelamin, membuka jalan bagi satu-satunya menteri perempuannya, Satsuki Katayama, yang bertanggung jawab atas revitalisasi regional, untuk hadir.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8576 seconds (0.1#10.140)