Ingin Lepas dari RI, Pentolan Separatis Papua Barat Malah Dapat Penghargaan Oxford

Senin, 15 Juli 2019 - 12:54 WIB
Ingin Lepas dari RI, Pentolan Separatis Papua Barat Malah Dapat Penghargaan Oxford
Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda. Foto/Free West Papua
A A A
OXFORD - Upaya pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda memerdekakan Papua Barat telah menjengkelkan pemerintah Indonesia, tapi malah diapresiasi Pemerintah Kota Oxford di Inggris.

Inggris adalah tempat melarikan diri Benny Wenda. Dewan Kota Oxford, Inggris, memberikan penghargaan kepada Benny Wenda.
(Baca juga: Bentuk Pasukan Baru, Gerakan Separatis Sesumbar Bakal Ambil Alih Papua)

Kerajaan Inggris memberikan suaka politik kepada pentolan separatis Papua Barat tersebut pada tahun 2002. Sejak itu, Benny Wenda tinggal di Oxford bersama keluarganya dan menjadikan kota itu sebagai markas besar kampanyenya untuk memerdekakan Papua Barat.

Dewan Kota Oxford memberikan penghargaan Honorary Freedom kepadanya. Itu merupakan penghargaan tertinggi yang biasa diberikan Kota Oxford dan merupakan salah satu tradisi tertua yang masih dijalankan.

Honorary Freedom hanya status kehormatan saja, tanpa hak lain selain untuk menghadiri pertemuan dewan formal, seperti Dewan Tahunan dan acara-acara seremonial lain. (Baca juga: Gerakan Separatis Papua Bentuk Tentara Baru)

Dalam siaran pers, Pemimpin Dewan Kota Oxford, Susan Brown, menjelaskan alasan pemberian penghargaan tersebut."Sejak Benny Wenda menjadikan Oxford rumah dan markasnya untuk berkampanye bagi rakyat Papua Barat, penduduk Oxford dan Dewan Kota telah mengambil alasannya sendiri," katanya.

"Kami sangat senang memberikan kehormatan ini kepada seorang warga Oxford yang telah berkampanye tanpa kenal lelah atas nama rakyatnya," ujarnya, seperti dikutip Asia Pacific Report, Senin (15/7/2019).

Benny Wenda berterima kasih kepada Dewan Kota Oxford dan masyarakat Oxford atas penghargaan tersebut.

"Ketika saya melarikan diri dari penjara Indonesia di Papua Barat pada tahun 2002, Oxford adalah salah satu tempat pertama di dunia yang menyambut saya dan keluarga saya," katanya.

“Saya diberi suaka di Inggris dan menjadikan Oxford rumah saya. Oxford adalah salah satu yang pertama kali mendengar seruan rakyat Papua atas keadilan, hak asasi manusia dan penentuan nasib sendiri dan penghargaan ini menunjukkan bahwa orang-orang Oxford mendengarkan dan merespons," ujarnya.

“Orang-orang Papua Barat tahu bahwa perjuangan kami bukan hanya masalah bagi orang Papua Barat sekarang, tetapi telah menjadi masalah yang telah menyentuh hati ribuan orang di seluruh dunia. Perjalanan saya membawa saya ke sini dari hutan Papua Barat dan bagian dalam sel penjara Indonesia," paparnya. (Baca juga: 450 Prajurit Kostrad TNI AD, Bersiap Menuju ke Perbatasan di Papua)

“Tetapi sampai kita dapat kembali ke Papua Barat yang merdeka, saya dan keluarga saya tidak benar-benar bebas. Saya berterima kasih kepada orang-orang Oxford atas semua bantuan mereka ketika kami bekerja untuk menyelesaikan perjalanan pulang kami yang panjang."

Menurut siaran pers, Benny Wenda menetap di kota itu setelah membaca buku "Poisoned Arrows" karya George Monbiot, seorang penduduk Oxford yang pertama kali mengungkap kisah orang-orang suku di Papua Barat. Penulis itu menggambarkan kampanye transmigrasi pemerintah Indonesia untuk mengusir warga Papua Barat dari tanah leluhur mereka.

Benny Wenda selama ini bertindak sebagai perwakilan khusus kelompok separatis Papua Barat di Parlemen Inggris, PBB dan Parlemen Eropa. Pada tahun 2017 dia diangkat sebagai pemimpin United Liberation Movement for West Papua (Serikat Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP). Kelompok itu merupakan organisasi politik yang ingin memerdekakan Papua Barat dari Indonesia.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2959 seconds (0.1#10.140)