3 Mahasiswa Ini Gunakan Radiofarmaka untuk Deteksi Kanker Payudara

Rabu, 26 Juni 2019 - 13:18 WIB
3 Mahasiswa Ini Gunakan Radiofarmaka untuk Deteksi Kanker Payudara
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM PE) dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) menemukan metode deteksi dini kanker payudara. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM PE) Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) menemukan metode deteksi dini kanker payudara.

Temuan ini diharapkan mempercepat proses pencegahan bagi para penderita kanker. Tiga mahasiswa Unpad yang menemukan metode itu adalah Luthfi Utami Setyawati, Risda Rahmi Islamiaty, dan Kevin Reinard Lie. Metode yang ditemukan dinilai lebih efektif dalam mendeteksi kanker payudara. Mengingat kejadian kematian akibat kasus tersebut cukup tinggi.

Mereka menggunakan senyawa 99mTc – ?-mangostin & 131I – ?-mangostin. Senyawa-senyawa tersebut dipercaya dapat mendeteksi dan mengobati kanker payudara. Dalam pembuatan senyawa radiofarmaka, perlu diperhatikan keberhasilan dari pembuatan dari radiofarmaka itu. Maka, perlu metode untuk menganalisa keberhasilan pembuatan radiofarmaka tersebut.

"Jadi kami mengembangkan metode deteksi kanker payudara menggunakan radiofarmaka. Radiofarmaka ini gabungan antara senyawa (alfa mangostin) dengan radioaktif (nuklir)," kata Risda Rahmi Islamiaty, Rabu (26/6/2019).

Menurut dia, alfa mangostin menurut penelitian memiliki khasiat sebagai antikanker, terutama kanker payudara. Ketika radiofarmaka disuntikkan ke pasien, alfa mangostin akan membawa senyawa ini menuju sel kanker. "Nah, radioaktif akan berperan memancarkan sinar gamma dan beta yang kemudian akan ditangkap oleh kamera gamma," jelas dia.

Menurut Luthfi Utami, metode yang dikembangkan ini merupakan metode baru yang green material yakni bahan baku dari tanaman. Kemudian, secara proses lebih cepat, murah, dan efektif untuk menentukan keberhasilan pembuatan radiofarmaka.

Penelitian menemukan metode tersebut dilakukan antara dua hingga tiga bulan. Dalam prosesnya, mereka dibimbing oleh Prof. Muchtaridi, Ph.D., Apt. Penelitian itu didanai Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menggunakan tahun anggaran 2019.

Penelitian tersebut bekerja sama dengan pihak Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Bandung yang dibantu oleh Wiwit Nurhidayah, Maula Eka Sriyani, Rizky Juwita, dan Eva Maria.

Saat ini, penelitian baru tahap uji identifikasi senyawa radiofarmaka menggunakan HPLC. Sehingga, untuk pengujian kepada pasien masih perlu beberapa tahap pengujian lainnya. "Rencananya kami akan melanjutkan karakterisasi fisikokimia dan uji biodistribusi menggunakan hewan uji yang dimodelkan kanker," ujar Risda.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.8003 seconds (0.1#10.140)