Chile Kontra Uruguay Menjadi Partaruhan Reputasi

Senin, 24 Juni 2019 - 09:23 WIB
Chile Kontra Uruguay Menjadi Partaruhan Reputasi
Laga pemungkas Grup C antara Chile melawan Uruguay, Selasa (25/6/2019) pagi. (Foto/Ist)
A A A
RIO DE JANIERO - Reputasi besar sebagai dua kekuatan sepak bola Amerika Selatan bukan menjadi satu-satunya hal menarik pada laga pemungkas Grup C antara Chile melawan Uruguay, Selasa (25/6/2019) pagi.

Kenangan kontras yang dialami keduanya membuat pertempuran di Estadio Jornalista Mario Filho bakal panas.Bagi Uruguay, pertemuan di Copa America 2019 ini ibarat momentum untuk membalas dendam kepada Chile.

Pada edisi 2015, La Celes tekalah 0-1 akibat gol tunggal Mauricio Isla sekitar 10 menit laga ber - akhir. Parahnya, saat itu mereka harus bermain dengan sembilan orang lantaran Edinson Cavani dan Jorge Fucile terkena kartu merah.

Padahal status Uruguay terbilang mentereng. Mereka merupakan pengoleksi gelar terbanyak (15 trofi) dan juara bertahan. Tapi, harus tersingkir menyakitkan di perempat final.

Meski tidak menampik pengalaman buruk masa lalu menjadi salah satu motivasi, Cavani mengatakan timnya bakal bersikap profesional dan menganggap Chile sebagai lawan kuat. “Kami tahu bahwa Chile memiliki rencana permainan yang disusun dengan baik.

Kami sudah lama mengetahuinya. Mereka sangat terorganisasi. Kami tahu kualitas hebat mereka,” kata penyerang berusia 32 tahun itu dilansir afp. Karena itu, Cavani menegaskan Uruguay tidak akan segan di lapangan.

Bomber Paris Saint Germain (PSG) itu menilai, tujuan utama Uruguay adalah memenangkan laga sekaligus melaju ke babak perempat final Copa America 2019 sebagai juara grup.

Saat ini Uruguay menempati posisi kedua klasemen sementara Grup C dengan koleksi empat poin, tertinggal dua poin dari Chile yang berada di puncak singgasana. Jika menjadi juara, maka Diego Godin dkk akan terhindar dari juara Grup B, Kolombia.

“Ketika Anda turun ke lapangan, satu-satunya hal yang Anda inginkan adalah menang. Setelah laga berakhir, Anda mulai melihat dan mempelajari laga berikutnya,” ucap Cavani. Ucapan Cavani sejalan dengan pelatih Oscar Tabarez.

Dia juga mewanti-wanti pasukannya agar bermain lebih baik terutama dalam sisi penyerangan. Dia mengacu pada hasil 2-2 saat melawan Jepang, Jumat (21/6). Pada laga itu, Uruguay dianggapnya terlalu banyak membuang kesempatan.

Tabarez juga harus memutar otak dalam menentukan komposisi pemain. Pasalnya, bek sayap Diego Laxalt dan pemain tengah Matias Vecino mengalami cedera. Beruntung, Uruguay didukung statistik.

Dari total 78 pertemuan kontra Chile, mereka mampu menorehkan 42 kemenangan. “Ketika bola tidak masuk ke gawang, itu berarti tidak gol. Namun, apakah Anda melihat berapa banyak peluang yang kami kreasikan melawan Jepang? Ini bukan semata soal hasil, juga soal permainan,” tutur Tabarez.

Sementara bagi Chile, duel kontra Uruguay ibarat pembuka jalan menuju kejayaan. Soalnya, seusai menang 1-0 di perempat final, La Rojatampil sebagai juara di Copa America 2015 yang berlangsung di kandang sendiri.

Kehebatan Chile berlanjut ketika menjuarai Copa America Centenario 2016. Artinya, Chile tentu berambisi kembali menyingkirkan Uruguay demi meretas jalan meraih gelar Copa America tiga edisi beruntun.

Satu-satunya kekhawatiran adalah diragukannya Alexis Sanchez yang sempat mengalami cedera engkel saat membantu Chile menang 2-1 atas Ekuador, Sabtu (22/6). Tetapi, pelatih Reinaldo Rueda tetap tenang.

Dia menilai cedera Sanchez tidak serius sehingga optimistis mampu memperkuat Chile melawan Uruguay. Terlebih bintang Manchester United (MU) itu sedang berada dalam bentuk performa terbaik dengan mencetak gol dari dua laga terakhir.

“Sanchez dievaluasi oleh tim dokter di babak pertama melawan Ekuador dan dia bisa melanjutkan laga. Dia melakukan upaya besar di babak kedua. Kami terus memantau perkembangannya tapi kami harap cederanya tidak parah,” kata Rueda.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7964 seconds (0.1#10.140)