Menelusuri Keindahan Desa Wisata Silalahi lewat Storytelling

Jum'at, 14 Juni 2019 - 18:58 WIB
Menelusuri Keindahan Desa Wisata Silalahi lewat Storytelling
Pesona Desa Wisata Silalahi yang miliki pemandangan indah. (Foto: Kemenpar)
A A A
DAIRI - Sejak Danau Toba dijadikan destinasi prioritas Bali Baru, wisatawan yang datang semakin meningkat. Tidak heran jika kini tumbuh homestay baru di desa-desa wisata.

Salah satunya di Desa Wisata Silalahi. Untuk mengenalkan keindahan dan sejarah Desa Silalahi ini, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berharap agar pelaku usaha homestay memperkuat storytelling.

Kemenpar mendorong para pemilik homestay dan pegiat Desa Wisata Silalahi di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara untuk perkuat cerita atau storytelling. Tujuannya untuk memperkaya daya tarik wisata dan menjaga kebersihan di sekitar Danau Toba.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar Lokot Ahmad Enda mengatakan, Desa Wisata Silalahi memiliki keunggulan. Desa ini berdekatan langsung dengan Danau Toba, sehingga harus dapat mengoptimalkan potensi yang ada.

Sayangnya, masyarakat pengelola homestay dan desa wisata belum sepenuhnya memahami cara memperlakukan wisatawan yang datang.

"Wisatawan yang menginap di hotel itu berbeda dengan yang menginap di homestay. Di hotel, wisatawan ingin privasi dan dilayani. Jika wisatawan menginap di homestay, mereka ingin berbaur dengan masyarakat, sehingga kebersihan menjadi sangat penting," kata Lokot saat Workshop Homestay dan Desa Wisata di Balai Desa Silalahi II, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Kamis 13 Juni 2019.

Tidak hanya lingkungan homestay, masyarakat juga diminta menjaga kebersihan danau di sekitarnya. Maka demikian, wisatawan benar-benar bisa menikmati keindahan Danau Toba dengan lebih leluasa.

"Contohnya, keberadaan keramba ikan, sebaiknya dipindahkan ke lokasi danau yang tidak didatangi wisatawan. Sampah-sampah di sekitar danau juga harus selalu dibersihkan," katanya.

Menurut Lokot, yang dicari wisatawan saat menginap di homestay adalah kearifan lokal dan cerita-cerita (storytelling) yang ada di masyarakat sekitar homestay, baik itu budaya, kuliner, dan lain-lainnya.

"Di Silalahi ini, bisa dibuatkan storytelling tentang sejarah asal nama Silalahisabungan, mengapa namanya Tao Silalahi, dan lain-lain. Makanannya bisa ditonjolkan Mangga Silalahi yang khas. Mangga di sini bisa dimakan sama kulitnya. Apalagi konon kulitnya memiliki banyak khasiat untuk kesehatan," ujar Lokot.

Dalam workshop ini, Kemenpar juga memberikan bantuan untuk homestay di Desa Wisata Silalahi I dan Silalahi II. Bantuan yang diserahkan berupa 10 paket untuk masing-masing Desa Wisata. Satu paket berisi satu springbed, dua bantal, dua guling, satu seprei, satu bed cover, dan satu buku tamu.

"Kami berharap barang-barang yang diserahkan bisa membantu pengembangan homestay. Semoga bantuan yang kita berikan bisa dimanfaatkan dengan baik dan turut memicu perkembangan Desa Wisata di kawasan Danau Toba agar lebih baik lagi dan semakin ramai," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Kasubid Destinasi Area I B Kementerian Pariwisata Andhy Marpaung menambahkan, bantuan diberikan ini merupakan stimulus. Nantinya akan dievaluasi perkembangannya, sehingga bisa menentukan jenis bantuan yang dapat diberikan.

Andhy berharap, desa wisata di wilayah itu dapat dikelola oleh BUMDes sehingga ada yang mengatur penempatan kamar yang akan digunakan wisatawan yang datang. BUMDes juga bisa berperan sebagai wadah untuk pemasaran.

"Dengan dikelola BUMDes, akan terjadi pemerataan, semua kamar akan terisi walau secara bergantian. BUMDes juga bisa bekerja sama dengan masyarakat untuk membuat paket makan untuk para tamu yang datang sehingga dampak perekonomian makin besar dirasakan," katanya.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6622 seconds (0.1#10.140)