Bomber di Sri Lanka Diduga Diradikalisasi di Australia

Minggu, 28 April 2019 - 10:04 WIB
Bomber di Sri Lanka Diduga Diradikalisasi di Australia
PM Sri Lanka menduga pelaku bom bunuh diri diradikalisasi di Australia. Foto/Istimewa
A A A
KOLOMBO - Perdana MenteriSri Lanka mengatakan para penyelidik dari serangkaian bom bunuh diri pada Minggu Paskah telah diketahui sejumlah militan pergi ke Australia.

Mereka pun percaya jika salah satu pelaku kemungkinan telah diradikalisasi saat belajar di negara itu.

PM Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa Abdul Lathief Jameel Mohamed, yang mengambil gelar pascasarjana di Universitas Swinburne Melbourne pada 2009 dan meninggalkan negara itu pada 2013, tampaknya telah dipengaruhi oleh ide-ide ekstremis selama berada di Negeri Kangguru.

"Begitulah perasaan keluarga," kata Wickremesinghe di kediaman perdana menteri di Colombo.

“Kami tahu ada beberapa militan di Australia di kalangan Muslim. Australia telah berperang (perang melawan teror) di luar sana,” imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (27/4/2019).

Wickremesinghe mengonfirmasi Mohamed, yang juga belajar di Inggris, berniat meledakkan bom di hotel mewah Taj Samudra. Hotel ini terletak di antara Hotel Cinnamon Grand dan Shangri-La yang ikut diserang pada hari Minggu lalu.

Tetapi bahan peledaknya gagal meledak dan dia mundur ke sebuah wisma tempat dia tinggal di lingkungan Dehiwala. Ketika dia mencoba memperbaiki bom, bom itu meledak tanpa sengaja, membunuhnya dan dua lainnya.

"Dia berusaha memperbaikinya dan semuanya meledak," ujar Wickremesinghe.

Samsul Hidaya, saudara perempuan Mohamed, mengatakan dalam sebuah wawancara di awal minggu bahwa saudara lelakinya setelah kembali dari Australia menjadi seorang pria yang berbeda.

"Dia memiliki janggut panjang dan kehilangan selera humornya," kata Hidaya kepada Daily Mail.

"Dia menjadi sosok serius serta menyendiri dan bahkan tidak akan tersenyum pada siapa pun yang tidak dia kenal, apalagi tertawa," tuturnya.

Hidaya mengatakan dia sering berdebat dengan kakaknya tentang agama.

"Pada awalnya dia mulai mengutip ayat suci dan saya akan mengatakan OK, Anda benar," katanya.

"Tapi kemudian pembicaraan itu semakin dalam dan semakin dalam ke agama dan saya tidak bisa mengikuti apa yang dia katakan lagi," imbuhnya.

"Dia memberi tahu kerabat laki-laki untuk memotong janggut mereka dan menjadi marah dan benar-benar gila," ujarnya. "Jadi aku berhenti berbicara dengannya karena sampai pada titik di mana tidak bisa dikendalikan," tukasnya.

Pada hari Jumta, Australia melaporkan bahwa Mohamed (36) sebelumnya menjadi salah satu subjek penyelidikan terorisme oleh polisi Australia berdasarkan bukti yang menghubungkannya dengan perekrut anggota Negara Islam (ISIS) Neil Prakash.

"Keduanya diyakini tidak pernah bertemu tetapi setidaknya ada tautan online di antara mereka," bunyi laporan itu.

Neil Prakash (27) adalah tokoh terkemuka dalam video propaganda ISIS di mana ia mendesak umat Islam melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kekhalifahan. Kewarganegaraan Australia Prakash telah dicabut pada bulan Desember. Ia kini berada di penjara Turki dan didakwa melakukan pelanggaran terorisme.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0719 seconds (0.1#10.140)