Usai Pecat Kepala Intelijen, Presiden Sri Lanka Tolak Investigasi Bom

Minggu, 09 Juni 2019 - 08:34 WIB
Usai Pecat Kepala Intelijen, Presiden Sri Lanka Tolak Investigasi Bom
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena. Foto/REUTERS
A A A
KOLOMBO - Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena menolak penyelidikan parlemen mengenai penyimpangan keamanan sebelum serangkaian serangan bom Paskah terjadi.

Hal itu ditegaskannya usai memecat kepala intelijen nasional Sisira Mendis setelah bersaksi di depan parlemen.

Di hadapan parlemen, Sisira mengatakan bahwa serangan bom pada Minggu Paskah April lalu sebenarnya bisa dihindari.

Sirisena telah mengadakan rapat kabinet darurat pada Jumat malam untuk menentang penyelidikan komite pemilihan parlemen terhadap serangan 21 April yang menewaskan 258 orang, termasuk 45 warga asing, dan melukai hampir 500 orang.

"Saya tidak menerima komite pemilihan dan saya tidak akan mengirim petugas saya untuk (bersaksi di hadapan) komite pemilihan," katanya sebelum mengadakan rapat kabinet darurat, seperti dikutip Reuters, Sabtu (8/6/2019).

Sebelum dipecat, bos intelijen Sri Lanka beraksi kepada komite tersebut bahwa presiden telah gagal mengadakan pertemuan keamanan rutin untuk menilai ancaman dari kelompok radikal Islam yang melakukan pengeboman di tiga hotel dan tiga gereja.

Kantor Sirisena tidak memberikan alasan soal pemecatan itu. Menurut sumber pemerintah, di tengah kesaksian kepada parlemen, siaran langsung dari proses itu dihentikan atas perintah presiden.

Seorang menteri yang menjadi sumber AFP mengatakan Sirisena menolak mengizinkan polisi, militer, atau personel intelijen bersaksi di depan komite.

Sumber itu menambahkan bahwa rapat kabinet berakhir "tidak jelas", yakni tanpa mengambil keputusan apakah akan menunda penyelidikan oleh parlemen atau tidak.

Kantor Sirisena menolak mengomentari hasil rapat kabinet. Namun, kantor itu mengatakan presiden sudah menegaskan kepada para perwira senior polisi pada hari Jumat bahwa dia tidak akan membiarkan petugas untuk bersaksi.

Sirisena telah berulang kali membantah bahwa dia menyadari adanya ancaman sebelum serangkain bom yang mengerikan terjadi April lalu.

Sebuah organisasi jihadis setempat dan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan itu. Negara ini berada dalam keadaan darurat sejak pengeboman tersebut.

Sirisena mengatakan pekan lalu bahwa ia bertemu dengan kepala polisi nasional Pujith Jayasundara dan petingginya 13 hari sebelum serangan, tetapi tidak ada petugas yang memberikan peringatan yang disampaikan oleh India dan berdasarkan informasi dari seorang jihadis yang ditahan.

Krisis terkait investigasi itu muncul menjelang kunjungan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi ke Sri Lanka pada hari Minggu (9/6/2019). PM Modi akan singgah sebentar di Kolombo sekembalinya dari kunjungan resmi ke Maladewa pada hari Sabtu.

Sirisena menangguhkan kepala polisi Pujith Jayasundara dan memecat pejabat tinggi pertahanan Hemasiri Fernando setelah pengeboman pada Minggu Paskah.

Sirisena telah mendapat kecaman publik karena melakukan perjalanan tiga hari ke China, sang pemodal utama, ketika kerusuhan anti-Muslim sebagai pembalasan bom Paskah menyebar di berbagai wilayah negara mayoritas Buddha itu.

Dia juga dikritik karena merayakan pesta pernikahan putranya pada 9 Mei, usai kunjungan dari China. Pemerintah mengatakan perjalanan ke China bermanfaat bagi negara.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4501 seconds (0.1#10.140)