Kemenkes Siapkan Termoscanner di 135 Pintu Keluar Masuk Indonesia

Jum'at, 24 Januari 2020 - 12:33 WIB
Kemenkes Siapkan Termoscanner di 135 Pintu Keluar Masuk Indonesia
Guna mencegah penyebaran coronavirus yang menyebabkan wabah penyakit di Wuhan, China, Kemenkes menyiapkan termoscanner di 135 pintu keluar masuk Indonesia. Foto/Reuters
A A A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyiapkan termoscanner di 135 pintu keluar masuk negara Indonesia untuk mencegah penyebaran coronavirus (nCov). Pemerintah Indonesia mewaspadai penyebaran cCov yang menyebabkan wabah di Wuhan, China, tidak masuk ke Indonesia.

''135 pintu negara baik udara, laut, maupun darat yang jaga petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan. Yang paling awal bisa dideteksi adalah dengan termoscanner untuk mendeteksi suhu tubuh," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Anung Sugihantono, M.Kes.

"Kalau ada orang dari luar negeri masuk ke Indonesia dengan suhu tubuh di atas 38 derajat celcius, maka posturnya terlihat berwarna merah pada termoscanner,'' lanjutnya.

Selain itu, bandara-bandara di seluruh Indonesia terutama yang mempunyai penerbangan langsung dari China, meningkatkan kewaspadaan di antaranya dengan mengaktifkan thermal scanner, memberikan health alert card dan KIE pada penumpang.

Kepala Kantor Kesehatan Pelabungan (KKP) Kelas I Bandara Soekarno-Hatta, dr. Anas Maruf menjelaskan, semua pintu masuk negara sudah disiapkan termoscanner. ''Dalam kondisi rutin seluruh kedatangan internasional semua selalu dilakukan pemeriksaan termoscanner meskipun tidak ada penyakit yang diwaspadai. Kalau ada penyakit yang diwaspadai maka kita tingkatkan pengamanannya,'' ujar dr. Anas.

Ada pun kasus yang perlu dicurigai terinveksi nCoV di antaranya adalah:
1. Penderita infeksi saluran pernapasan akut berat (Severe Acute Respiratory Infection/SARI), dengan riwayat demam dan batuk serta penyebab yang belum pasti, memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di Wuhan, Provinsi Hubei, China dalam waktu 14 hari sebelum timbulnya gejala.

2. Seseorang yang sakit dengan gejala klinis yang tidak biasa, kemudian terjadi penurunan kondisi umum mendadak meskipun telah menerima pengobatan yang tepat, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat perjalanan.

3. Penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ringan atau berat, yang dalam 14 hari sebelum timbulnya penyakit, telah terpajan dengan kontak erat dengan kasus positif infeksi nCoV.

4. Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan di negara-negara terjangkit nCoV.

5. Mengunjungi atau bekerja di pasar hewan di Wuhan, China.

6. Memiliki riwayat kontak dengan hewan (jika hewan penular sudah teridentifikasi) di negara terjangkit nCoV pada hewan atau pada manusia akibat penularan hewan (zoonosis).

Lebih lanjut dr. Annas menyarankan kepada masyarakat Indonesia yang berada di Wuhan untuk menghindari wilayah yang menjadi penyebaran penyakit akibat nCoV, menghindari kontak yang diduga menderita nCoV, berperilaku hidup bersih dan sehat, dan jika sakit segera berobat ke Fasyankes.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5641 seconds (0.1#10.140)